-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tittle : KUPU-KUPU DI WAJAHMU
Starring :
-Taemin as Taemin
-Narumi riko as Chimera/Reyna
Genre : sad story
Author : himangel deluhist
Length : 1 shot
FF ini telah mendapat hak publikasi dari author masing-masing agar dapat ditampilkan di Taemin Forever Isi di luar tanggung jawab pihak Taemin Forever
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jetlag membuatku terbangun di tengah malam dan langsung merasa kesepian. Aku pun memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar rumah baruku. Aku berjalan di tengah kota yang baru aku kenali, aku ingin mencari suasana baru tapi tetap saja kegelapan dalam hatiku tidak bisa pudar. Ada beberapa lampu jalanan yang aku lalui dan menerangi langkahku, tetapi tidak hatiku. Mekipun sekarang aku berada di kota yang berbeda, tetap saja aku merasa kota ini begitu sunyi, hanya diramaikan oleh derap langkahku. Aku pun melihat sekelilingku dengan kehampaan, hingga akhirnya aku melihat ada toko buku. Ya, untungnya di dekat sini ada toko buku yang buka sampai jam 11 malam. Aku pun segera memasuki toko itu, mencari komik-komik yang bisa menemaniku di tengah keterasingan ini. Aku pun memasuki toko buku yang terlihat lumayan lengkap itu. Jumlah buku yang terpampang di situ lumayan banyak. Aku pun mencari rak yang bertuliskan komik. Dan ketika menemukannya aku pun segera beranjak ke tempat itu. Ternyata lumayan lengkap juga komik yang dijual di sini. Ketika aku sedang asik melihat-lihat komik, tiba-tiba ada yang menarik lengan bajuku.
”Kak, bisa minta tolong ambilkan buku Sayap-Sayap Patah Kahlil Gibran yang ada di atas itu?” gadis pendek itu menunjuk rak di sebelah komik, dia menunjuk buku paling atas.
”Ya, tentu saja.” aku mengambilkan buku itu lalu memberikan padanya.
Gadis itu pun langsung membaca cover belakang buku itu. Ketika aku melihatnya, ada yang aneh. Gadis itu mengenakan kaos berlengan panjang dan rok panjang yang tampak kedodoran di tubuhnya yang mungil itu. Rambutnya panjang, agak keriting, dan tampak tidak terlalu rapi. Selain itu, kulit wajahnya sangat putih, hanya saja ada rona kemerahan di sekitar hidung dan pipi bagian tengahnya. Rona kemerahan yang menyerupai bentuk kupu-kupu. Sepertinya lucu juga jika aku menyebutnya gadis berwajah kupu-kupu, aku pun tersenyum sendiri, dan tanpa kusadari dia sudah menatapku.
”Hmm... terima kasih.” sepertinya dia salah tingkah dan hendak pergi meninggalkanku.
”Eh, tunggu, rumahmu dimana? Kenapa kamu malah keluar malam-malam begini?” aku penasaran dan ingin mengobrol dengannya.
”Di dekat sini, tidak usah khawatir, aku sudah biasa ke sini malam-malam, ” dia pun berlalu begitu saja di depanku. Seorang gadis sudah biasa keluar jam 11 malam? Gadis yang aneh.
***
Terhitung sudah satu minggu aku berada di kota ini dan terhitung sudah beribu kali mama memohon padaku untuk melakukan hal yang benar-benar aku hindari. Percakapan seperti ini hanya akan memperlebar jarak antara aku dan mama, serta memperlebar luka yang ada di hatiku.
”Taemin, mama hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Mama mohon, cobalah sekali lagi, ini semua demi kamu sayang.” mama berkata begitu memelas di depan pintu.
”Aku butuh waktu ma, biarkan aku sendiri.” nada bicaraku sungguh datar, berlawanan dengan hatiku yang begitu bergejolak.
”Ya sudah, makanan sudah mama taruh di meja, ingat jangan lupa makan.” suara mama mulai terdengar pasrah dan aku pun mendengar langkah mama yang menjauhi kamarku.
Aku kembali membaca komik-komik yang bertumpuk di kasurku. Di atas kasurku hanya ada tumpukan komik dan juga rubic. Ada kepingan masa lalu yang telah merubahku menjadi seperti ini. Aku jadi takut berinteraksi dengan orang lain dan memilih untuk mengurung diri di kamar dan keluar saat malam hari saja, saat suasana tidak terlalu ramai. Terkadang aku merasa seperti orang autis saja. Aku tidak tahu sampai kapan aku akan berhenti menjadi kaum marginal seperti ini. Terbangun untuk mengurung diri di kamar. Hanya berani keluar di malam hari agar tidak banyak berinteraksi dengan orang lain. Tidak melakukan apa-apa, sementara mama sibuk bekerja hingga dini hari. Tiba-tiba saja aku teringat akan gadis aneh itu, apakah dengan penampilannya yang aneh itu, dia juga seorang kaum marginal, sama seperti aku? Nanti malam aku akan mencoba untuk ke toko buku itu lagi. Siapa tahu aku bisa menemui gadis berwajah kupu-kupu itu.
***
Malam hari sekitar jam 10 aku pun berjalan menuju toko buku itu. Aku memutuskan untuk menuju rak novel yang berada di samping rak komik, dan benar saja! Gadis berwajah kupu-kupu itu ada di situ! Masih dengan gaya berpakaian yang sama, masih dengan tatanan rambut yang sama, sama sekali tidak rapi. Aku pun mendekatinya.
”Hai, kita ketemu lagi.” aku tersenyum ke arahnya, ”Sepertinya tiap malam kamu selalu ke sini.”
”Khan aku sudah bilang rumahku dekat sini.” dia mendongak memandangku ”Tapi sepertinya kamu bukan orang sini.”
”Ya, aku baru pindah dari Korea.” aku memasukkan tanganku ke saku celana, berusaha menyembunyikan kenangan pahitku, ”Oh, ya, kenapa tiap malam kamu selalu ke sini?”
”Ya jelas untuk mencari buku, apakah aku terlihat seperti mencari cangkul?” rona wajahnya yang awalnya terlihat pemalu kini terlihat berseri dan... manis. Apalagi rona kemerahan yang berbentuk kupu-kupu itu, terlihat begitu manis.
”Owh...” sesaat aku tercengang melihat dia bercanda, ”Tapi melihat cara berpakaianmu yang seperti orang-orangan sawah tidak salah khan kalau aku mengira kamu akan membeli cangkul?” aku menarik lengan bajunya yang kedodoran. Meski menggunakan pakaian dengan warna yang berbeda seperti waktu pertama kali bertemu. Gadis aneh ini benar-benar menyukai berpakaian serba panjang yang tampak kebesaran menutupi tubuh mungilnya.
”Kalau saja aku bisa berpakaian seperti orang normal, aku tidak akan berpakaian seperti ini” dia tampak sedikit murung.
”Oh... Eh, kamu suka membaca novel apa saja?” aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
”Banyak! Aku sangat suka membaca! Membaca komik juga!” rona kupu-kupu di wajahnya terlihat memerah, wajahnya berseri lagi, ”Oh, iya! Kamu sangat mirip dengan tokoh cowok yang ada di komik!”
”Tentu saja, cowok setampan aku pasti mirip cowok di komik serial cantik, ya khan?!”
”Bukan! Kamu memang mirip tokoh komik, tapi komik serial misteri! Bweee!” dia menjulurkan lidahnya.
”Oh... dasar iblis kecil!” aku mengejeknya.
”Kenapa kamu mengatai aku iblis kecil?!”
”Karena aku belum tahu namamu, hehehe!” aku tersenyum penuh kemenangan.
”Hmmm... Namaku Cimera, namamu siapa?”
”Aku Taemin” aku menggaruk kepalaku, sekali lagi berusaha menghilangkan kenangan pahit tentang namaku yang menandakan aku orang Korea, ”Cimera, apakah kamu tinggal di negeri dongeng?”
”Kenapa kamu bisa mengira seperti itu?” dahinya berkerut.
”Karena aku tidak tahu dimana kamu tinggal, hehehe!” aku kembali menampilkan senyum kemenangan.
”Owh... baiklah, tuan muda Taemin, aku tinggal di rumah kecil, tepat di sebelah utara toko ini.”
”Oh ya?! Dekat sekali! Bolehkah aku berkunjung ke rumahmu besok siang?”
”Apa kamu tidak sekolah?”
”Aku... Hmmm... Aku sedang mencari sekolah baru, aku khan baru pindah.” aku berusaha berbicara setenang mungkin, ”Kalau kamu, kamu sekolah dimana? Mungkin aku bisa bersekolah di tempat yang sama denganmu.”
”Seandainya aku bisa melanjutkan sekolahku seperti orang normal.” dia menghembuskan napas panjang, wajahnya terlihat murung lagi.
”Eh, besok bagaimana kalau kita bertemu di sini lagi? Aku punya komik Bleach, nanti aku pinjamkan padamu bagaimana?” aku berusaha menghiburnya.
”Iya! Aku tunggu di sini besok!” wajah Cimera bersemangat lagi.
***
Aku terbangun jam 10 pagi, setelah mendengar ”ritual” di pagi hari yang dilakukan mamaku. Beberapa kali mama sempat menggedor pintu kamarku dan dalam keadaan setengah sadar aku masih mendengar mama memohon hal yang sama. Aku menatap langit-langit kamar, berusaha untuk memikirkan apa kata mama dan menghubungkannya dengan arti kata-kata Cimera si gadis berwajah kupu-kupu. Apa maksudnya tidak seperti orang normal? Apakah seperti aku yang menyia-nyiakan hidupku tanpa berusaha memperbaiki apa pun? Atau dia mengalami hal lain yang jauh lebih menyakitkan dibandingkan masa laluku? Ah, sial! Aku makin penasaran saja! Aku pun membanting pintu kamarku dan memutuskan untuk segera mandi. Aku harus melakukan sesuatu! Setidaknya aku harus mendapatkan teman di sini, setidaknya satu orang! Aku sebenarnya tidak suka berjalan di siang hari, tapi aku putuskan untuk mencari rumah Cimera. Ketika aku turun dari kamar menuju kamar mandi, aku melihat di meja makan sudah tersedia sarapan seperti pagi-pagi sebelumnya, hanya saja sekarang ada secarik kertas di dekat meja makan..
Taemin sayang, Tolong lupakan masa lalumu di Korea. Mama selalu ada di sampingmu untuk memperbaiki masa lalumu yang buruk. Ibu giat bekerja seperti ini untuk sekolahmu. Tolong pikirkan baik-baik untuk kembali bersekolah di sini. Ibu mohon, ini semua demi kebaikanmu, nak.
Aku meremas secarik kertas itu, meski akhirnya sebongkah hatiku yang terasa remuk. Korea, telah meninggalkan luka yang dalam untukku.
***
”Cimera, gadis berambut panjang, anda yakin tidak mengenalnya?” aku ngotot bertanya berkali-kali.
”Tidak ada! Tidak ada yang punya nama aneh seperti itu! Tidak ada gadis berambut panjang di sini! Berapa kali aku harus mengatakannya?!” lelaki paruh baya yang sedang berjualan di dekat rumah itu terlihat marah.
”Oh, baiklah” aku pun segera mundur perlahan, tapi masih melihat rumah kecil bertingkat itu. Ketika aku melihat jendela di rumah bertingkat itu, aku melihat gorden yang mendadak ditutup oleh seseorang yang sepertinya sedikit tersenyum. Jangan-jangan orang di balik gorden itu sudah menatapku dari tadi. Jangan-jangan dia adalah Cimera. Argghh!!! Aku semakin penasaran saja dengan gadis berwajah kupu-kupu itu! kenapa dia berbohong tentang rumahnya? Nanti malam aku harus menanyainya!
***
”Puahahahahaha!!! Jadi kamu benar percaya kalau namaku Cimera?” Cimera, maksudku gadis yang mengaku namanya Cimera, terlihat tertawa dengan sangat puas. Dia memegangi perutnya sambil jongkok di sudut toko buku ini.
”Tega sekali kamu mempermainkanku. Aku benar-benar malu jika harus bertemu lelaki itu lagi, habis aku ngotot sekali menanyainya berkali-kali. Kamu itu gadis kecil bertampang malaikat tapi berhati bejat tahu!” aku menyilangkan kedua lenganku di dada, menatapnya kesal.
”Hmmmph...” Cimera terlihat berusaha menahan tawa, ”Selamat ya Taemin!”Cimera mendadak menjabat tanganku dengan sangat ramah.
”Hah? Maksudmu?” aku mengerutkan dahi.
”Selamat ya! Kamu menjadi korban pertamaku untuk April mop tahun ini! Puahahaha!!!” tubuhnya yang mungil terlihat bergoncang keras setelah ledakan tawanya yang membuat kami menjadi pusat perhatian di toko buku itu.
”Oh... Apa?! April mop?! Kenapa aku harus menjadi korban lelucon anak kecil sepertimu?! Arrrghh!!!” aku mengacak-acak rambutku.
“Hmmph…” dia menahan tawa seraya menghapus air mata bahagianya, “Sebenarnya aku Cuma iseng, apa kamu pernah mendengar tentang Ornithoptera chimaera? Aku mengambil nama Cimera dari nama ilmiah salah satu jenis kupu-kupu, Ornithoptera chimaera adalah jenis kupu-kupu bersayap peri. Kamu khan orang asing yang menanyai namaku, mana mau aku langsung memberitahukan nama asliku, dan mana aku tahu kalau kamu selugu itu, hehehe! Ya sudah, karena kamu sudah menjadi korbanku. Kamu akan ku traktir es krim, bagaimana?”
”Jangan sampai kamu menipuku lagi dan tiba-tiba melarikan diri ya!” aku ingin menjewer kupingnya, tapi malah sedikit menarik rambutnya.
”Uuh! Taemin! Aku tidak suka jika kamu memegang rambutku!” dia menghempaskan tanganku, wajahnya berubah sedikit marah dan langsung merapikan rambutnya.
”Ups, sorry” aku melepaskan tanganku, ”Ngomong-ngomong, aku mau ditraktir es krim dimana?” seperti biasa, aku berusaha mengalihkan perhatian.
”Sini, ikuti aku.” wajahnya sedikit berubah. Dia pun berjalan menuju depan toko dan berjalan mendekati pedagang es krim. Tanpa menoleh atau menanyaiku malah langsung memesan es krim. Dasar gadis aneh!
Aku pun berjalan agak lambat, berusaha memancing respon apakah dia menyadari bahwa aku sedang tidak berada si dekatnya, tapi sepertinya dia hanya fokus berbicara pada penjual es krim. Tak lama kemudian dia berbalik dan berjalan ke arahku.
”Nih! Spesial buat kamu Taemin yang lugu” wajahnya kembali manis.
”Terima kasih, ’kupu-kupu bersayap peri’.” aku menekankan pada kata ’kupu-kupu bersayap peri’ untuk mengingatkan dia agar memberitahukan nama aslinya. Aku pun mulai menikmati es krim itu, tapi ketika lidahku mengenali ini rasa apa aku langsung membuangnya, ”Puih!!! Kamu memesankan es krim rasa duren?! Apa kamu tidak tahu kalau aku sangat membenci duren! Makanya tanya aku dulu sebelum memesannya!” aku membentaknya.
”Kamu memuntahkan es krim dan membuang es krim itu seenaknya saja! Kenapa kamu tidak pernah bersyukur masih bisa menjadi orang normal yang bisa menikmati es krim?! Apa kamu tahu sekarang aku sudah tidak bisa menikmati es krim lagi?! Tapi kamu malah menyia-nyiakannya!” Cimera tampak marah lalu berlari meninggalkanku. Gadis itu kenapa sih?! Selalu berbicara tentang orang normal atau tidak normal! Apa dia pikir aku adalah remaja yang normal?! Seenaknya saja!
***
Seperti biasa aku terbangun jam 10 pagi. Hari ini tidurku lumayan nyenyak karena ibu sudah tidak melakukan ”ritual paginya” untuk menggedor pintu kamarku lalu memohon hal yang sama. Entahlah apa yang terjadi, yang penting aku bisa tidur nyenyak. Aku yakin sudah sesiang ini ibu pasti sudah pergi bekerja. Aku pun merasa bebas keluar dari kamar, lalu lekas membuka pintu kamarku. Langkahku mendadak terhenti ketika melihat ibu duduk menungguku di tangga depan kamar.
”Taemin, mama rasa kita harus berbicara tanpa dibatasi pintu lagi. Kita benar-benar harus bicara tentang masa depanmu, Taemin” mama berbicara pelan.
”Bicara tentang apa lagi ma?! Aku sudah bilang aku butuh waktu!” aku membentak.
”Tapi sampai kapan kamu akan terus teringat masa lalumu?! Kamu tidak lagi berada di Korea! Kamu bisa beradaptasi dengan teman barumu jika mencoba bersekolah di sini! Kamu sekarang sedang berada di Bali bersama mama, Taemin, bukan lagi di Korea. Cobalah untuk melupakan masa lalumu dan memperbaiki masa depanmu sekarang.” mama yang tadi duduk kini berdiri di hadapanku.
”Aku muak dengan kata sekolah ma! Aku muak dengan masa lalu, masa depan atau apa pun itu!” aku membanting pintu kamar dan segera bergegas turun menuju kamar mandi, berlalu begitu saja di depan mama yang sedang menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. Mata berkaca-kaca yang sepertinya sebentar lagi akan rapuh dan berubah menjadi derai air mata.
Aku mengguyur tubuhku dengan penuh emosi berulang kali, berusaha menghanyutkan semua luka yang ada di hatiku. Hingga ketika napasku tersengal, untuk sesaat aku merenung. Apa hanya aku yang terluka? Bagaimana dengan ibu yang selalu giat bekerja demi aku? Bagaimana dengan gadis berwajah kupu-kupu yang selalu merasa tidak normal? Mungkin aku terluka, tapi banyak orang di sekitarku yang lebih terluka karena sikapku. Sikapku yang tidak mau melupakan masa lalu.
***
”Baiklah ’kupu-kupu bersayap peri’, akan aku coba.” untuk pertama kalinya aku benar-benar berusaha untuk suatu hal. Ya, aku sedang berusaha menikmati es krim rasa duren yang paling aku benci. Ini adalah hukuman yang diberikan gadis berwajah kupu-kupu setelah aku dengan tulus meminta maaf padanya.
”Wew... lumayan” bahuku terangkat ke atas berusaha menahan muntah.
”Hmmmph...” Cimera menutupi mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tawa tapi tetap saja terlihat dari wajahnya yang memerah kalau dia sangat ingin menertawakanku.
”Kalau mau menertawakanku, tertawa saja! Karena sikapmu yang jahil, kamu tidak pantas membuat nama yang berhubungan dengan kupu-kupu bersayap peri tahu! Seharusnya kamu mencari nama yang berhubungan dengan kupu-kupu bersayap hitam! Biston betularia misalnya.” aku menggerutu sambil tetap berusaha menikmati es krim
”Puahahahaha!!!” Cimera pun tidak lagi menutup mulutnya hingga wajahnya terlihat jelas, terutama rona merah yang berbentuk seperti kupu-kupu di wajahnya.
”Kalau tertawa kamu terlihat manis, terutama di bagian sini.” aku menunjuk rona kupu-kupu itu ”Seperti ada kupu-kupu di wajahmu”
”Hah?” Cimera tercengang ”Kamu menganggap ini manis? Bukannya ini malah membuatku terlihat tidak normal?”
”Bisa tidak, sehari saja kamu berhenti berkata ’tidak normal’?” aku melukis tanda kutip di udara dengan dua jariku, ”Karena yang tidak normal itu aku” telunjukku mengarah ke hidungku.
”Kenapa kamu bisa berpikir kalau kamu tidak normal?” Cimera tampak bingung ”Kamu tampan, hanya saja... Hmmm... sedikit lugu, hehehe!”
”Kadang ketampanan malah bisa menjadi hal yang bisa membuatmu tidak normal. Karena sampai sekarang aku masih takut untuk bersekolah.” untuk sejenak aku memandang langit dengan kehampaan, ”Sementara mama selalu bekerja untuk membiayai sekolahku, aku malah tidak melakukan apa pun.”
”Apa yang terjadi padamu?” wajah Cimera tampak kebingungan.
”Ceritanya panjang. Hal buruk dimulai saat aku mengikuti semacam MOS ketika baru mulai bersekolah kelas 1 SMA di Korea. Aku tidak tahu kenapa, perempuan di sekolah banyak yang mengidolakanku karena mereka menganggapku tampan, berwajah imut dan cool. Sebenarnya aku berusaha bersikap biasa saja tapi lambat laun lebih banyak lagi para perempuan yang mengidolakanku ketika mengetahui bahwa nilai ujianku saat ujian selama MOS selalu mendapat nilai A. Akibatnya, banyak laki-laki di sekolahku yang jadi membenciku. Mereka mengataiku suka mencari perhatian, sok pintar, dan berpura-pura menjadi pendiam agar terlihat cool. Bukannya tidak suka berbicara, hanya saja aku lebih suka diam di perpustakaan membaca buku, tapi entah kenapa aku malah terlihat sok cool.” aku merubah posisi dudukku, sementara Cimera mendengarkan penuh perhatian, ”Suatu hari, sebagai senior mereka menyuruhku ke sudut sekolah, dan tanpa aku sadari sudah banyak orang menunggu di sana, ada seseorang yang mendorongku dari belakang dan dalam hitungan detik banyak orang melempariku dengan telur busuk, bahkan aku sempat dipukuli dengan tongkat baseball. Meski sekarang luka fisikku sudah sembuh, luka di hatiku begitu meradang dan berubah menjadi jaringan fibrosis yang begitu kaku untuk bergerak. Sulit rasanya untuk pergi ke sekolah lagi.” aku menarik napas panjang, berusaha menangkap oksigen sebanyak-banyaknya, setelah melepaskan kepingan demi kepingan luka. Entah kenapa, aku malah ingin menceritakan semua luka ini kepada Cimera, gadis berwajah kupu-kupu yang justru sering menipuku.
”Oh... aku benar-benar tidak menyangka.” Cimera menggigit bibirnya ”Syukurlah luka fisikmu sudah sembuh, bagaimana dengan orang tuamu? Apa mereka tahu?”
”Tentu saja, ayahku yang tinggal di Korea langsung memindahkanku untuk bersekolah di sini dan tinggal bersama mama. Mama langsung kaget mendengar berita itu. Parahnya lagi, ayah dan mamaku sudah bercerai. Pada waktu itu ayah akan melangsungkan pernikahannya dengan wanita asal Korea, mungkin ayah merasa kasusku sedikit mengganggunya sehingga ayah memutuskan untuk menyuruh mama mengasuhku. Ketika memindahkanku ke sini, ayah sama sekali tidak menafkahi kami, jadi mama berusaha keras untuk bekerja membiayai sekolahku di sini. Tapi aku malah tetap tidak mau sekolah meski mama sudah membayar semua biaya sekolahnya. Aku bodoh khan? Hahaha...” aku berusaha tersenyum menatap langit dengan tatapan kehampaan. Setelah menghembuskan napas aku berpaling melihat Cimera, tapi ketika melihat Cimera, aku malah kaget.
”Jadi itu yang kamu anggap tidak normal?!” matanya tiba-tiba tampak berkaca-kaca, ”Apa kamu tahu? Aku sangat ingin bersekolah. Tapi penyakit ini malah merebut semua yang aku inginkan. Aku tidak bisa memakan semua makanan yang aku suka. Aku hanya bisa keluar rumah saat malam hari, karena tubuhku sensitif terhadap cahaya matahari. Saat semua perempuan bisa menggunakan pakaian apa pun yang mereka suka, aku harus menggunakan baju yang menutupi seluruh tubuhku agar tidak ada orang yang terus memandangiku dan menganggapku tidak normal, karena bintik-bintik merah yang ada di seluruh tubuhku.” Cimera menunjuk bintik-bintik merah di pergelangan tangannya, ”Ketika bercermin aku selalu melihat rona kupu-kupu ini di wajahku. Aku benar-benar merasa seperti Ornithoptera chimaera. Apa kamu tahu? Kupu-kupu Ornithoptera chimaera betina memang terlihat indah, tapi sayapnya berwarna hitam. Sama seperti rona kupu-kupu ini, mungkin bagimu rona kupu-kupu ini terlihat indah, tapi ini adalah bagian yang terhitam dalam hidupku” Cimera menunduk, tangannya mengusap air matanya.
”Eh, oh, sebentar...” aku merogoh saku celana untuk mengambilkan tisu ”memangnya apa yang terjadi padamu? Kamu terkena penyakit apa?”
”Apa kamu tidak tahu rona kupu-kupu di wajahku ini tanda khas penyakit apa?!”
”Sepertinya tidak.” aku menggeleng-gelengkan kepala.
”Makanya kamu harus melanjutkan sekolahmu! Butterfly appearence di wajah ini adalah tanda khas penyakit sistemik lupus eritematosus!” wajahnya kembali bersemangat setelah bisa mengejekku lagi.
”Darimana kamu tahu kalau ini adalah penyakit... Hmm... penyakit lupus makan usus? Eh, apa tadi?” aku berusaha menghiburnya.
”Ya tentu saja dari dokter, tapi meski tidak bisa melanjutkan sekolah, aku sangat suka membaca buku.”
”Memangnya penyakit ini seperti apa? Aku jarang banget dengernya.”
”Penyakit yang membuat sel-sel imunku menjadi bodoh. Sel imun yang harusnya melindungi sel-sel tubuhku malah berbalik menyerang sel-sel tubuhku ketika ada rangsangan. Makanya aku tidak boleh memakan sembarang makanan yang bisa membuatku alergi, karena itu akan merangsang sel-sel imunku yang bodoh menyerang sel-sel tubuhku.” Cimera bertopang dagu.
”Terlalu ribet. Anggap saja deh aku mengerti.” aku menggaruk-garuk kepala, ”Oh, ya, apa penyakit ini parah? Apa kamu bisa sembuh?”
”Sepertinya umurku tidak lama lagi, hehehe...” Cimera tersenyum jahil melihat wajah cemasku, ”Daripada kamu terus-terusan bertanya padaku, lebih baik kamu pelajari sendiri di sekolah! Kamu harus sekolah Taemin yang lugu.” Cimera mengacak-acak rambutku.
”Berhentilah membohongiku seperti itu! Oh, iya!” aku berdiri di hadapannya lalu berlutut di hadapannya, ”Aku tidak tahu dengan jelas penyakit apa itu, tapi percayalah, meski di dalam tubuhmu ada sel-sel imun yang bodoh, tapi aku percaya bahwa kamu tidak sebodoh sel-sel itu! Karena kamu mau bertahan dan berjuang dengan segala kekuranganmu! Dan itu, Cimera, aku mau minta maaf, karena saat itu aku tidak mau makan es krim traktiranmu, malah memuntahkannya dan membuangnya. Sikapku benar-benar tidak baik.”
”Itu tidak sepenuhnya benar” Cimera menggeleng-gelengkan kepalanya, ”Ketika kamu mau mengajakku berbicara, berteman, dan tidak memandangku dengan tatapan aneh, aku merasa sikapmu baik. Hanya saja, Hmmm... Kamu tetap akan ku berikan hukuman dulu baru bisa kumaafkan!” Cimera kembali tersenyum jahil.
”Apa? Apa berkaitan dengan duren lagi? Apa kamu akan menyuruhku menyanyikan lagu belah duren sambil joget-joget di depan orang banyak?” entah kenapa jika dengan Cimera aku selalu antusias untuk bercanda.
”Puahahahaha...” Cimera kembali tertawa dengan sangat puas, ”Baiklah, jika kamu tidak mau melakukan permintaanku yang pertama, maka kamu harus melakukan obsesi terpendammu itu. Nyanyi belah duren sambil joget-joget, hahahaha!”
”Seenaknya saja mengatakan itu obsesi terpendamku. Ya sudah, ayo katakan apa yang harus aku lakukan supaya kamu memaafkan aku?”
”Simple saja, mulai dari sekarang hargailah hidupmu. Lupakan masa lalumu, hadapilah apa yang harus kamu hadapi hari ini. Apa kamu tahu, Taemin? Sesungguhnya masa lalu dan masa depan itu tidak ada, yang ada hanyalah hari ini, bagaimana hari ini kamu berusaha untuk memperbaiki masa lalu dan menciptakan harapan untuk masa depan. Setiap orang pernah terjatuh, tapi cara menghadapinya yang berbeda. Ketika kamu pernah terjatuh, hal yang sebaiknya kamu lakukan bukanlah bertanya, ’kenapa’ aku harus terjatuh? Bertanyalah pada dirimu, ’apa’ yang harus aku lakukan jika aku terjatuh? Karena dalam menjalani hidup tidak akan ada jawaban untuk pertanyaan ’kenapa?’ karena kita hanya akan mendapatkan jawaban untuk pertanyaan ’apa?’.” Cimera yang bertubuh mungil tiba-tiba tampak begitu dewasa.
”Oh...” aku terbengong heran melihat Cimera yang terlihat kekanak-kanakan tapi sekarang terlihat begitu bijak, ”Lalu, ’apa’ yang harus aku lakukan sekarang, ’kupu-kupu bersayap peri?’”
”Menyanyikan lagu belah duren dan berjoget-jogetlah jika itu maumu.” senyum jahilnya kembali terlihat, ”Jangan bertanya padaku, Taemin. Carilah jawabannya nanti, setelah kamu pulang lalu berhadapan dengan ibumu. Kamu pasti tahu apa yang harus kamu lakukan.”
Aku mengangguk. Hari itu, entah kenapa apa yang Cimera bicarakan benar-benar bisa membuka pikiranku. Cimera masih ingin bersekolah tapi terbatas oleh kekurangannya, aku jadi merasa bersyukur masih punya kesempatan untuk sekolah. Apa pun yang terjadi di masa lalu aku harus mulai berusaha hari ini. Benar kata Cimera, masa lalu dan masa depan itu sesungguhnya tidak ada, yang ada hanyalah hari ini. Bagaimana hari ini aku berusaha untuk memperbaiki masa lalu dan menciptakan harapan untuk masa depan.
***
”Ma, besok aku akan sekolah, aku rasa waktu yang aku butuhkan sudah cukup” aku tersenyum pada mama.
Mama memelukku erat, hatiku yang sempat mati terasa berdegup lagi ”Mama percaya kamu pasti bisa Taemin sayang, mama percaya hari ini akan datang” mata mama berkaca-kaca.
”Ma, aku benar-benar minta maaf selama ini aku bertingkah seperti itu. Mulai besok aku janji, aku akan bersekolah dengan baik!”
”Hanya itu yang mama inginkan Taemin, tidak lebih” mama kembali tersenyum.
”Ma...” aku memandangi setelan pakaian mama yang berwarna gelap, ”Mama kenapa pakai baju warna gelap sih? Mama khan suka warna cerah.”
”Mama mau melayat ke tetangga kita yang meninggal, bagaimana kalau kamu ikut saja? Sudah beberapa minggu ini kamu tinggal di sini, tapi belum berkenalan dengan tetangga kita.” mama mengelus rambutku
”Baiklah ma, sepertinya aku harus belajar bersosialisasi di sini. Aku akan ganti baju dulu. Tunggu ya ma!”
Setelah ganti baju aku pun berjalan kaki bersama mama menuju tempat melayat. Ternyata jalan yang kami lalui sama dengan jalan menuju toko buku. Entah kenapa aku jadi teringat Cimera.
”Ma, yang meninggal itu siapa?”
”Perempuan, mama lupa namanya. Padahal umurnya baru 21 tahun. Dia tinggal di sebelah utara toko.”
Deg! Entah kenapa perasaanku jadi tidak enak begini. Aku tahu Cimera hanya menipuku kalau rumahnya di situ tapi entah kenapa perasaanku jadi tidak enak begini.
”Memangnya meninggal karena apa ma?” aku cemas.
”Gagal ginjal. Katanya anak ini sudah sakit dari dulu. Makanya jarang keluar rumah. Mama yang sudah lama di sini saja tidak tahu wajahnya.”
Tidak mungkin Cimera khan? Mana mungkin penyakit bintik-bintik merah di kulitnya bisa membuat dia menderita gagal ginjal. Lagipula dari tubuhnya yang mungil tidak mungkin dia berusia 21 tahun khan? Aku pun berusaha menghibur diriku.
Tanpa kusadari kami telah sampai di rumah tersebut. Rumah kecil bertingkat yang sempat aku datangi. Meski sudah berusaha menghibur diri entah kenapa aku tetap merasa cemas.
”Saya turut berduka cita, bu” mama tampak bersalaman dengan seorang ibu bermata sembab, ”Perkenalkan ini anak saya” mama menunjukku, aku pun bersalaman dengan ibu itu, dan entah kenapa wajah ibu itu mengingatkan aku akan seseorang.
”Mari, jenasah anak saya ada di situ.” Aku pun berjalan mengikuti ibu itu.
”Yang tabah ya bu.” mama mengelus pundak ibu itu.
”Saya sudah tahu umur anak saya tidak akan bertahan lama, kakaknya juga pernah meninggal karena penyakit yang sama, tapi tetap saja saya sulit untuk merelakannnya.” Dia berusaha tersenyum meski terlihat pahit, dia pun membuka kain kafan itu. Dari jauh perempuan yang katanya berumur 21 tahun itu terlihat memiliki tubuh yang kecil.
”Penyakit ini membuat pertumbuhan Reyna terhambat, tubuhnya tampak lebih kecil dari usianya.” ibu anak itu berkata pelan, ”Penyakit ini menyerang sel tubuhnya sendiri, apa yang bisa dia makan dibatasi, supaya tidak menimbulkan alergi. Rambutnya cepat sekali rontok, bahkan jika ingin keluar dia harus memakai wig. Dia sangat sensitif terhadap cahaya matahari, dia jadi tidak bisa keluar, bahkan untuk bersekolah...” ibu itu mulai menangis.
Entah kenapa, aku merasa takut sekali. Aku pun memutuskan untuk melangkah maju mendekati jenasah tersebut. Tubuh yang mungil, rambut yang sangat tipis, dan ketika aku melihat wajahnya... rona kupu-kupu itu! Meski rambut jenasah itu tidak panjang, aku tahu siapa jenasah itu! Aliran udara di kerongkonganku terasa terhenti begitu saja. Keringat dingin membasahi pelipisku.
”Bu, apa anak ibu menderita sistemik lupus eritematosus?” suaraku terdengar sedikit gemetar, ibu itu hanya bisa mengangguk sembari menahan tangis. Aku tercengang dan hanya bisa menelan ludah, berusaha menelan kenyataan yang begitu pahit.
Cimera gadis kupu-kupu bangunlah! Katakan bahwa sekarang adalah April mop! Paksa aku lagi untuk menikmati es krim rasa duren! Tertawalah terbahak-bahak lagi seperti saat kamu menipuku! Jangan hanya berbaring di situ! Aku benar-benar tidak percaya. Meski aku hanya bertemu beberapa kali dengan Cimera, aku sangat mengenali wajahnya. Terutama rona kupu-kupu itu. Dia memang belum bisa berkata jujur ketika aku tidak sengaja menarik rambut palsunya. Dia memang berbohong mengenai namanya, tapi ini benar rumahnya. Dan sayangnya, dia tidak sedang berbohong ketika berkata, umurnya tidak lama lagi. Cimera, kenapa rona kupu-kupu yang indah di wajahmu harus menjadi sayap hitam yang menerbangkanmu pada malaikat pencabut nyawa? Kenapa?
***
”Apa benar kamu sudah siap? Jika belum, tidak apa-apa beristirahat satu hari dulu.” ibu menatap mataku dalam, setelah kemarin aku menceritakan semua hal tentang Cimera, maksudku Reyna, gadis berwajah kupu-kupu.
”Tidak apa-apa ma. Aku sudah berjanji padanya bahwa hari ini aku akan sekolah. Aku harus menepatinya.” aku berusaha tersenyum.
”Ya sudah, mama percaya kamu sudah tahu mana yang terbaik Taemin” mama merapikan piring sarapanku, ”Meski gadis berwajah kupu-kupu itu sudah tidak ada, tapi di sini, di pundakmu” mama menepuk pundakku, ”Mama melihat sayap transparan yang diberikan Cimera untuk menerbangkan lukamu, dan mendekap hatimu, percayalah.” mama tersenyum.
”Iya ma” aku mengangguk ”Oh, ya, aku takut terlambat, aku berangkat sekarang ya, ma.” aku mencium tangan mama lalu beranjak pergi.
Kali ini langkahku terasa ringan, tapi aku berhenti sejenak ketika tiba-tiba ada kupu-kupu yang hinggap sejenak di pundakku lalu terbang menjauh lebih tinggi lagi. Aku pun berkata dalam hati.
miring
Cimera, meski kupu-kupu di wajahmu membawamu terbang ke langit, tapi kupu-kupu di wajahmu tidak akan pernah membuatmu terbang dari hatiku. Percayalah.
”Kak, bisa minta tolong ambilkan buku Sayap-Sayap Patah Kahlil Gibran yang ada di atas itu?” gadis pendek itu menunjuk rak di sebelah komik, dia menunjuk buku paling atas.
”Ya, tentu saja.” aku mengambilkan buku itu lalu memberikan padanya.
Gadis itu pun langsung membaca cover belakang buku itu. Ketika aku melihatnya, ada yang aneh. Gadis itu mengenakan kaos berlengan panjang dan rok panjang yang tampak kedodoran di tubuhnya yang mungil itu. Rambutnya panjang, agak keriting, dan tampak tidak terlalu rapi. Selain itu, kulit wajahnya sangat putih, hanya saja ada rona kemerahan di sekitar hidung dan pipi bagian tengahnya. Rona kemerahan yang menyerupai bentuk kupu-kupu. Sepertinya lucu juga jika aku menyebutnya gadis berwajah kupu-kupu, aku pun tersenyum sendiri, dan tanpa kusadari dia sudah menatapku.
”Hmm... terima kasih.” sepertinya dia salah tingkah dan hendak pergi meninggalkanku.
”Eh, tunggu, rumahmu dimana? Kenapa kamu malah keluar malam-malam begini?” aku penasaran dan ingin mengobrol dengannya.
”Di dekat sini, tidak usah khawatir, aku sudah biasa ke sini malam-malam, ” dia pun berlalu begitu saja di depanku. Seorang gadis sudah biasa keluar jam 11 malam? Gadis yang aneh.
***
Terhitung sudah satu minggu aku berada di kota ini dan terhitung sudah beribu kali mama memohon padaku untuk melakukan hal yang benar-benar aku hindari. Percakapan seperti ini hanya akan memperlebar jarak antara aku dan mama, serta memperlebar luka yang ada di hatiku.
”Taemin, mama hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Mama mohon, cobalah sekali lagi, ini semua demi kamu sayang.” mama berkata begitu memelas di depan pintu.
”Aku butuh waktu ma, biarkan aku sendiri.” nada bicaraku sungguh datar, berlawanan dengan hatiku yang begitu bergejolak.
”Ya sudah, makanan sudah mama taruh di meja, ingat jangan lupa makan.” suara mama mulai terdengar pasrah dan aku pun mendengar langkah mama yang menjauhi kamarku.
Aku kembali membaca komik-komik yang bertumpuk di kasurku. Di atas kasurku hanya ada tumpukan komik dan juga rubic. Ada kepingan masa lalu yang telah merubahku menjadi seperti ini. Aku jadi takut berinteraksi dengan orang lain dan memilih untuk mengurung diri di kamar dan keluar saat malam hari saja, saat suasana tidak terlalu ramai. Terkadang aku merasa seperti orang autis saja. Aku tidak tahu sampai kapan aku akan berhenti menjadi kaum marginal seperti ini. Terbangun untuk mengurung diri di kamar. Hanya berani keluar di malam hari agar tidak banyak berinteraksi dengan orang lain. Tidak melakukan apa-apa, sementara mama sibuk bekerja hingga dini hari. Tiba-tiba saja aku teringat akan gadis aneh itu, apakah dengan penampilannya yang aneh itu, dia juga seorang kaum marginal, sama seperti aku? Nanti malam aku akan mencoba untuk ke toko buku itu lagi. Siapa tahu aku bisa menemui gadis berwajah kupu-kupu itu.
***
Malam hari sekitar jam 10 aku pun berjalan menuju toko buku itu. Aku memutuskan untuk menuju rak novel yang berada di samping rak komik, dan benar saja! Gadis berwajah kupu-kupu itu ada di situ! Masih dengan gaya berpakaian yang sama, masih dengan tatanan rambut yang sama, sama sekali tidak rapi. Aku pun mendekatinya.
”Hai, kita ketemu lagi.” aku tersenyum ke arahnya, ”Sepertinya tiap malam kamu selalu ke sini.”
”Khan aku sudah bilang rumahku dekat sini.” dia mendongak memandangku ”Tapi sepertinya kamu bukan orang sini.”
”Ya, aku baru pindah dari Korea.” aku memasukkan tanganku ke saku celana, berusaha menyembunyikan kenangan pahitku, ”Oh, ya, kenapa tiap malam kamu selalu ke sini?”
”Ya jelas untuk mencari buku, apakah aku terlihat seperti mencari cangkul?” rona wajahnya yang awalnya terlihat pemalu kini terlihat berseri dan... manis. Apalagi rona kemerahan yang berbentuk kupu-kupu itu, terlihat begitu manis.
”Owh...” sesaat aku tercengang melihat dia bercanda, ”Tapi melihat cara berpakaianmu yang seperti orang-orangan sawah tidak salah khan kalau aku mengira kamu akan membeli cangkul?” aku menarik lengan bajunya yang kedodoran. Meski menggunakan pakaian dengan warna yang berbeda seperti waktu pertama kali bertemu. Gadis aneh ini benar-benar menyukai berpakaian serba panjang yang tampak kebesaran menutupi tubuh mungilnya.
”Kalau saja aku bisa berpakaian seperti orang normal, aku tidak akan berpakaian seperti ini” dia tampak sedikit murung.
”Oh... Eh, kamu suka membaca novel apa saja?” aku berusaha mengalihkan pembicaraan.
”Banyak! Aku sangat suka membaca! Membaca komik juga!” rona kupu-kupu di wajahnya terlihat memerah, wajahnya berseri lagi, ”Oh, iya! Kamu sangat mirip dengan tokoh cowok yang ada di komik!”
”Tentu saja, cowok setampan aku pasti mirip cowok di komik serial cantik, ya khan?!”
”Bukan! Kamu memang mirip tokoh komik, tapi komik serial misteri! Bweee!” dia menjulurkan lidahnya.
”Oh... dasar iblis kecil!” aku mengejeknya.
”Kenapa kamu mengatai aku iblis kecil?!”
”Karena aku belum tahu namamu, hehehe!” aku tersenyum penuh kemenangan.
”Hmmm... Namaku Cimera, namamu siapa?”
”Aku Taemin” aku menggaruk kepalaku, sekali lagi berusaha menghilangkan kenangan pahit tentang namaku yang menandakan aku orang Korea, ”Cimera, apakah kamu tinggal di negeri dongeng?”
”Kenapa kamu bisa mengira seperti itu?” dahinya berkerut.
”Karena aku tidak tahu dimana kamu tinggal, hehehe!” aku kembali menampilkan senyum kemenangan.
”Owh... baiklah, tuan muda Taemin, aku tinggal di rumah kecil, tepat di sebelah utara toko ini.”
”Oh ya?! Dekat sekali! Bolehkah aku berkunjung ke rumahmu besok siang?”
”Apa kamu tidak sekolah?”
”Aku... Hmmm... Aku sedang mencari sekolah baru, aku khan baru pindah.” aku berusaha berbicara setenang mungkin, ”Kalau kamu, kamu sekolah dimana? Mungkin aku bisa bersekolah di tempat yang sama denganmu.”
”Seandainya aku bisa melanjutkan sekolahku seperti orang normal.” dia menghembuskan napas panjang, wajahnya terlihat murung lagi.
”Eh, besok bagaimana kalau kita bertemu di sini lagi? Aku punya komik Bleach, nanti aku pinjamkan padamu bagaimana?” aku berusaha menghiburnya.
”Iya! Aku tunggu di sini besok!” wajah Cimera bersemangat lagi.
***
Aku terbangun jam 10 pagi, setelah mendengar ”ritual” di pagi hari yang dilakukan mamaku. Beberapa kali mama sempat menggedor pintu kamarku dan dalam keadaan setengah sadar aku masih mendengar mama memohon hal yang sama. Aku menatap langit-langit kamar, berusaha untuk memikirkan apa kata mama dan menghubungkannya dengan arti kata-kata Cimera si gadis berwajah kupu-kupu. Apa maksudnya tidak seperti orang normal? Apakah seperti aku yang menyia-nyiakan hidupku tanpa berusaha memperbaiki apa pun? Atau dia mengalami hal lain yang jauh lebih menyakitkan dibandingkan masa laluku? Ah, sial! Aku makin penasaran saja! Aku pun membanting pintu kamarku dan memutuskan untuk segera mandi. Aku harus melakukan sesuatu! Setidaknya aku harus mendapatkan teman di sini, setidaknya satu orang! Aku sebenarnya tidak suka berjalan di siang hari, tapi aku putuskan untuk mencari rumah Cimera. Ketika aku turun dari kamar menuju kamar mandi, aku melihat di meja makan sudah tersedia sarapan seperti pagi-pagi sebelumnya, hanya saja sekarang ada secarik kertas di dekat meja makan..
Taemin sayang, Tolong lupakan masa lalumu di Korea. Mama selalu ada di sampingmu untuk memperbaiki masa lalumu yang buruk. Ibu giat bekerja seperti ini untuk sekolahmu. Tolong pikirkan baik-baik untuk kembali bersekolah di sini. Ibu mohon, ini semua demi kebaikanmu, nak.
Aku meremas secarik kertas itu, meski akhirnya sebongkah hatiku yang terasa remuk. Korea, telah meninggalkan luka yang dalam untukku.
***
”Cimera, gadis berambut panjang, anda yakin tidak mengenalnya?” aku ngotot bertanya berkali-kali.
”Tidak ada! Tidak ada yang punya nama aneh seperti itu! Tidak ada gadis berambut panjang di sini! Berapa kali aku harus mengatakannya?!” lelaki paruh baya yang sedang berjualan di dekat rumah itu terlihat marah.
”Oh, baiklah” aku pun segera mundur perlahan, tapi masih melihat rumah kecil bertingkat itu. Ketika aku melihat jendela di rumah bertingkat itu, aku melihat gorden yang mendadak ditutup oleh seseorang yang sepertinya sedikit tersenyum. Jangan-jangan orang di balik gorden itu sudah menatapku dari tadi. Jangan-jangan dia adalah Cimera. Argghh!!! Aku semakin penasaran saja dengan gadis berwajah kupu-kupu itu! kenapa dia berbohong tentang rumahnya? Nanti malam aku harus menanyainya!
***
”Puahahahahaha!!! Jadi kamu benar percaya kalau namaku Cimera?” Cimera, maksudku gadis yang mengaku namanya Cimera, terlihat tertawa dengan sangat puas. Dia memegangi perutnya sambil jongkok di sudut toko buku ini.
”Tega sekali kamu mempermainkanku. Aku benar-benar malu jika harus bertemu lelaki itu lagi, habis aku ngotot sekali menanyainya berkali-kali. Kamu itu gadis kecil bertampang malaikat tapi berhati bejat tahu!” aku menyilangkan kedua lenganku di dada, menatapnya kesal.
”Hmmmph...” Cimera terlihat berusaha menahan tawa, ”Selamat ya Taemin!”Cimera mendadak menjabat tanganku dengan sangat ramah.
”Hah? Maksudmu?” aku mengerutkan dahi.
”Selamat ya! Kamu menjadi korban pertamaku untuk April mop tahun ini! Puahahaha!!!” tubuhnya yang mungil terlihat bergoncang keras setelah ledakan tawanya yang membuat kami menjadi pusat perhatian di toko buku itu.
”Oh... Apa?! April mop?! Kenapa aku harus menjadi korban lelucon anak kecil sepertimu?! Arrrghh!!!” aku mengacak-acak rambutku.
“Hmmph…” dia menahan tawa seraya menghapus air mata bahagianya, “Sebenarnya aku Cuma iseng, apa kamu pernah mendengar tentang Ornithoptera chimaera? Aku mengambil nama Cimera dari nama ilmiah salah satu jenis kupu-kupu, Ornithoptera chimaera adalah jenis kupu-kupu bersayap peri. Kamu khan orang asing yang menanyai namaku, mana mau aku langsung memberitahukan nama asliku, dan mana aku tahu kalau kamu selugu itu, hehehe! Ya sudah, karena kamu sudah menjadi korbanku. Kamu akan ku traktir es krim, bagaimana?”
”Jangan sampai kamu menipuku lagi dan tiba-tiba melarikan diri ya!” aku ingin menjewer kupingnya, tapi malah sedikit menarik rambutnya.
”Uuh! Taemin! Aku tidak suka jika kamu memegang rambutku!” dia menghempaskan tanganku, wajahnya berubah sedikit marah dan langsung merapikan rambutnya.
”Ups, sorry” aku melepaskan tanganku, ”Ngomong-ngomong, aku mau ditraktir es krim dimana?” seperti biasa, aku berusaha mengalihkan perhatian.
”Sini, ikuti aku.” wajahnya sedikit berubah. Dia pun berjalan menuju depan toko dan berjalan mendekati pedagang es krim. Tanpa menoleh atau menanyaiku malah langsung memesan es krim. Dasar gadis aneh!
Aku pun berjalan agak lambat, berusaha memancing respon apakah dia menyadari bahwa aku sedang tidak berada si dekatnya, tapi sepertinya dia hanya fokus berbicara pada penjual es krim. Tak lama kemudian dia berbalik dan berjalan ke arahku.
”Nih! Spesial buat kamu Taemin yang lugu” wajahnya kembali manis.
”Terima kasih, ’kupu-kupu bersayap peri’.” aku menekankan pada kata ’kupu-kupu bersayap peri’ untuk mengingatkan dia agar memberitahukan nama aslinya. Aku pun mulai menikmati es krim itu, tapi ketika lidahku mengenali ini rasa apa aku langsung membuangnya, ”Puih!!! Kamu memesankan es krim rasa duren?! Apa kamu tidak tahu kalau aku sangat membenci duren! Makanya tanya aku dulu sebelum memesannya!” aku membentaknya.
”Kamu memuntahkan es krim dan membuang es krim itu seenaknya saja! Kenapa kamu tidak pernah bersyukur masih bisa menjadi orang normal yang bisa menikmati es krim?! Apa kamu tahu sekarang aku sudah tidak bisa menikmati es krim lagi?! Tapi kamu malah menyia-nyiakannya!” Cimera tampak marah lalu berlari meninggalkanku. Gadis itu kenapa sih?! Selalu berbicara tentang orang normal atau tidak normal! Apa dia pikir aku adalah remaja yang normal?! Seenaknya saja!
***
Seperti biasa aku terbangun jam 10 pagi. Hari ini tidurku lumayan nyenyak karena ibu sudah tidak melakukan ”ritual paginya” untuk menggedor pintu kamarku lalu memohon hal yang sama. Entahlah apa yang terjadi, yang penting aku bisa tidur nyenyak. Aku yakin sudah sesiang ini ibu pasti sudah pergi bekerja. Aku pun merasa bebas keluar dari kamar, lalu lekas membuka pintu kamarku. Langkahku mendadak terhenti ketika melihat ibu duduk menungguku di tangga depan kamar.
”Taemin, mama rasa kita harus berbicara tanpa dibatasi pintu lagi. Kita benar-benar harus bicara tentang masa depanmu, Taemin” mama berbicara pelan.
”Bicara tentang apa lagi ma?! Aku sudah bilang aku butuh waktu!” aku membentak.
”Tapi sampai kapan kamu akan terus teringat masa lalumu?! Kamu tidak lagi berada di Korea! Kamu bisa beradaptasi dengan teman barumu jika mencoba bersekolah di sini! Kamu sekarang sedang berada di Bali bersama mama, Taemin, bukan lagi di Korea. Cobalah untuk melupakan masa lalumu dan memperbaiki masa depanmu sekarang.” mama yang tadi duduk kini berdiri di hadapanku.
”Aku muak dengan kata sekolah ma! Aku muak dengan masa lalu, masa depan atau apa pun itu!” aku membanting pintu kamar dan segera bergegas turun menuju kamar mandi, berlalu begitu saja di depan mama yang sedang menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. Mata berkaca-kaca yang sepertinya sebentar lagi akan rapuh dan berubah menjadi derai air mata.
Aku mengguyur tubuhku dengan penuh emosi berulang kali, berusaha menghanyutkan semua luka yang ada di hatiku. Hingga ketika napasku tersengal, untuk sesaat aku merenung. Apa hanya aku yang terluka? Bagaimana dengan ibu yang selalu giat bekerja demi aku? Bagaimana dengan gadis berwajah kupu-kupu yang selalu merasa tidak normal? Mungkin aku terluka, tapi banyak orang di sekitarku yang lebih terluka karena sikapku. Sikapku yang tidak mau melupakan masa lalu.
***
”Baiklah ’kupu-kupu bersayap peri’, akan aku coba.” untuk pertama kalinya aku benar-benar berusaha untuk suatu hal. Ya, aku sedang berusaha menikmati es krim rasa duren yang paling aku benci. Ini adalah hukuman yang diberikan gadis berwajah kupu-kupu setelah aku dengan tulus meminta maaf padanya.
”Wew... lumayan” bahuku terangkat ke atas berusaha menahan muntah.
”Hmmmph...” Cimera menutupi mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tawa tapi tetap saja terlihat dari wajahnya yang memerah kalau dia sangat ingin menertawakanku.
”Kalau mau menertawakanku, tertawa saja! Karena sikapmu yang jahil, kamu tidak pantas membuat nama yang berhubungan dengan kupu-kupu bersayap peri tahu! Seharusnya kamu mencari nama yang berhubungan dengan kupu-kupu bersayap hitam! Biston betularia misalnya.” aku menggerutu sambil tetap berusaha menikmati es krim
”Puahahahaha!!!” Cimera pun tidak lagi menutup mulutnya hingga wajahnya terlihat jelas, terutama rona merah yang berbentuk seperti kupu-kupu di wajahnya.
”Kalau tertawa kamu terlihat manis, terutama di bagian sini.” aku menunjuk rona kupu-kupu itu ”Seperti ada kupu-kupu di wajahmu”
”Hah?” Cimera tercengang ”Kamu menganggap ini manis? Bukannya ini malah membuatku terlihat tidak normal?”
”Bisa tidak, sehari saja kamu berhenti berkata ’tidak normal’?” aku melukis tanda kutip di udara dengan dua jariku, ”Karena yang tidak normal itu aku” telunjukku mengarah ke hidungku.
”Kenapa kamu bisa berpikir kalau kamu tidak normal?” Cimera tampak bingung ”Kamu tampan, hanya saja... Hmmm... sedikit lugu, hehehe!”
”Kadang ketampanan malah bisa menjadi hal yang bisa membuatmu tidak normal. Karena sampai sekarang aku masih takut untuk bersekolah.” untuk sejenak aku memandang langit dengan kehampaan, ”Sementara mama selalu bekerja untuk membiayai sekolahku, aku malah tidak melakukan apa pun.”
”Apa yang terjadi padamu?” wajah Cimera tampak kebingungan.
”Ceritanya panjang. Hal buruk dimulai saat aku mengikuti semacam MOS ketika baru mulai bersekolah kelas 1 SMA di Korea. Aku tidak tahu kenapa, perempuan di sekolah banyak yang mengidolakanku karena mereka menganggapku tampan, berwajah imut dan cool. Sebenarnya aku berusaha bersikap biasa saja tapi lambat laun lebih banyak lagi para perempuan yang mengidolakanku ketika mengetahui bahwa nilai ujianku saat ujian selama MOS selalu mendapat nilai A. Akibatnya, banyak laki-laki di sekolahku yang jadi membenciku. Mereka mengataiku suka mencari perhatian, sok pintar, dan berpura-pura menjadi pendiam agar terlihat cool. Bukannya tidak suka berbicara, hanya saja aku lebih suka diam di perpustakaan membaca buku, tapi entah kenapa aku malah terlihat sok cool.” aku merubah posisi dudukku, sementara Cimera mendengarkan penuh perhatian, ”Suatu hari, sebagai senior mereka menyuruhku ke sudut sekolah, dan tanpa aku sadari sudah banyak orang menunggu di sana, ada seseorang yang mendorongku dari belakang dan dalam hitungan detik banyak orang melempariku dengan telur busuk, bahkan aku sempat dipukuli dengan tongkat baseball. Meski sekarang luka fisikku sudah sembuh, luka di hatiku begitu meradang dan berubah menjadi jaringan fibrosis yang begitu kaku untuk bergerak. Sulit rasanya untuk pergi ke sekolah lagi.” aku menarik napas panjang, berusaha menangkap oksigen sebanyak-banyaknya, setelah melepaskan kepingan demi kepingan luka. Entah kenapa, aku malah ingin menceritakan semua luka ini kepada Cimera, gadis berwajah kupu-kupu yang justru sering menipuku.
”Oh... aku benar-benar tidak menyangka.” Cimera menggigit bibirnya ”Syukurlah luka fisikmu sudah sembuh, bagaimana dengan orang tuamu? Apa mereka tahu?”
”Tentu saja, ayahku yang tinggal di Korea langsung memindahkanku untuk bersekolah di sini dan tinggal bersama mama. Mama langsung kaget mendengar berita itu. Parahnya lagi, ayah dan mamaku sudah bercerai. Pada waktu itu ayah akan melangsungkan pernikahannya dengan wanita asal Korea, mungkin ayah merasa kasusku sedikit mengganggunya sehingga ayah memutuskan untuk menyuruh mama mengasuhku. Ketika memindahkanku ke sini, ayah sama sekali tidak menafkahi kami, jadi mama berusaha keras untuk bekerja membiayai sekolahku di sini. Tapi aku malah tetap tidak mau sekolah meski mama sudah membayar semua biaya sekolahnya. Aku bodoh khan? Hahaha...” aku berusaha tersenyum menatap langit dengan tatapan kehampaan. Setelah menghembuskan napas aku berpaling melihat Cimera, tapi ketika melihat Cimera, aku malah kaget.
”Jadi itu yang kamu anggap tidak normal?!” matanya tiba-tiba tampak berkaca-kaca, ”Apa kamu tahu? Aku sangat ingin bersekolah. Tapi penyakit ini malah merebut semua yang aku inginkan. Aku tidak bisa memakan semua makanan yang aku suka. Aku hanya bisa keluar rumah saat malam hari, karena tubuhku sensitif terhadap cahaya matahari. Saat semua perempuan bisa menggunakan pakaian apa pun yang mereka suka, aku harus menggunakan baju yang menutupi seluruh tubuhku agar tidak ada orang yang terus memandangiku dan menganggapku tidak normal, karena bintik-bintik merah yang ada di seluruh tubuhku.” Cimera menunjuk bintik-bintik merah di pergelangan tangannya, ”Ketika bercermin aku selalu melihat rona kupu-kupu ini di wajahku. Aku benar-benar merasa seperti Ornithoptera chimaera. Apa kamu tahu? Kupu-kupu Ornithoptera chimaera betina memang terlihat indah, tapi sayapnya berwarna hitam. Sama seperti rona kupu-kupu ini, mungkin bagimu rona kupu-kupu ini terlihat indah, tapi ini adalah bagian yang terhitam dalam hidupku” Cimera menunduk, tangannya mengusap air matanya.
”Eh, oh, sebentar...” aku merogoh saku celana untuk mengambilkan tisu ”memangnya apa yang terjadi padamu? Kamu terkena penyakit apa?”
”Apa kamu tidak tahu rona kupu-kupu di wajahku ini tanda khas penyakit apa?!”
”Sepertinya tidak.” aku menggeleng-gelengkan kepala.
”Makanya kamu harus melanjutkan sekolahmu! Butterfly appearence di wajah ini adalah tanda khas penyakit sistemik lupus eritematosus!” wajahnya kembali bersemangat setelah bisa mengejekku lagi.
”Darimana kamu tahu kalau ini adalah penyakit... Hmm... penyakit lupus makan usus? Eh, apa tadi?” aku berusaha menghiburnya.
”Ya tentu saja dari dokter, tapi meski tidak bisa melanjutkan sekolah, aku sangat suka membaca buku.”
”Memangnya penyakit ini seperti apa? Aku jarang banget dengernya.”
”Penyakit yang membuat sel-sel imunku menjadi bodoh. Sel imun yang harusnya melindungi sel-sel tubuhku malah berbalik menyerang sel-sel tubuhku ketika ada rangsangan. Makanya aku tidak boleh memakan sembarang makanan yang bisa membuatku alergi, karena itu akan merangsang sel-sel imunku yang bodoh menyerang sel-sel tubuhku.” Cimera bertopang dagu.
”Terlalu ribet. Anggap saja deh aku mengerti.” aku menggaruk-garuk kepala, ”Oh, ya, apa penyakit ini parah? Apa kamu bisa sembuh?”
”Sepertinya umurku tidak lama lagi, hehehe...” Cimera tersenyum jahil melihat wajah cemasku, ”Daripada kamu terus-terusan bertanya padaku, lebih baik kamu pelajari sendiri di sekolah! Kamu harus sekolah Taemin yang lugu.” Cimera mengacak-acak rambutku.
”Berhentilah membohongiku seperti itu! Oh, iya!” aku berdiri di hadapannya lalu berlutut di hadapannya, ”Aku tidak tahu dengan jelas penyakit apa itu, tapi percayalah, meski di dalam tubuhmu ada sel-sel imun yang bodoh, tapi aku percaya bahwa kamu tidak sebodoh sel-sel itu! Karena kamu mau bertahan dan berjuang dengan segala kekuranganmu! Dan itu, Cimera, aku mau minta maaf, karena saat itu aku tidak mau makan es krim traktiranmu, malah memuntahkannya dan membuangnya. Sikapku benar-benar tidak baik.”
”Itu tidak sepenuhnya benar” Cimera menggeleng-gelengkan kepalanya, ”Ketika kamu mau mengajakku berbicara, berteman, dan tidak memandangku dengan tatapan aneh, aku merasa sikapmu baik. Hanya saja, Hmmm... Kamu tetap akan ku berikan hukuman dulu baru bisa kumaafkan!” Cimera kembali tersenyum jahil.
”Apa? Apa berkaitan dengan duren lagi? Apa kamu akan menyuruhku menyanyikan lagu belah duren sambil joget-joget di depan orang banyak?” entah kenapa jika dengan Cimera aku selalu antusias untuk bercanda.
”Puahahahaha...” Cimera kembali tertawa dengan sangat puas, ”Baiklah, jika kamu tidak mau melakukan permintaanku yang pertama, maka kamu harus melakukan obsesi terpendammu itu. Nyanyi belah duren sambil joget-joget, hahahaha!”
”Seenaknya saja mengatakan itu obsesi terpendamku. Ya sudah, ayo katakan apa yang harus aku lakukan supaya kamu memaafkan aku?”
”Simple saja, mulai dari sekarang hargailah hidupmu. Lupakan masa lalumu, hadapilah apa yang harus kamu hadapi hari ini. Apa kamu tahu, Taemin? Sesungguhnya masa lalu dan masa depan itu tidak ada, yang ada hanyalah hari ini, bagaimana hari ini kamu berusaha untuk memperbaiki masa lalu dan menciptakan harapan untuk masa depan. Setiap orang pernah terjatuh, tapi cara menghadapinya yang berbeda. Ketika kamu pernah terjatuh, hal yang sebaiknya kamu lakukan bukanlah bertanya, ’kenapa’ aku harus terjatuh? Bertanyalah pada dirimu, ’apa’ yang harus aku lakukan jika aku terjatuh? Karena dalam menjalani hidup tidak akan ada jawaban untuk pertanyaan ’kenapa?’ karena kita hanya akan mendapatkan jawaban untuk pertanyaan ’apa?’.” Cimera yang bertubuh mungil tiba-tiba tampak begitu dewasa.
”Oh...” aku terbengong heran melihat Cimera yang terlihat kekanak-kanakan tapi sekarang terlihat begitu bijak, ”Lalu, ’apa’ yang harus aku lakukan sekarang, ’kupu-kupu bersayap peri?’”
”Menyanyikan lagu belah duren dan berjoget-jogetlah jika itu maumu.” senyum jahilnya kembali terlihat, ”Jangan bertanya padaku, Taemin. Carilah jawabannya nanti, setelah kamu pulang lalu berhadapan dengan ibumu. Kamu pasti tahu apa yang harus kamu lakukan.”
Aku mengangguk. Hari itu, entah kenapa apa yang Cimera bicarakan benar-benar bisa membuka pikiranku. Cimera masih ingin bersekolah tapi terbatas oleh kekurangannya, aku jadi merasa bersyukur masih punya kesempatan untuk sekolah. Apa pun yang terjadi di masa lalu aku harus mulai berusaha hari ini. Benar kata Cimera, masa lalu dan masa depan itu sesungguhnya tidak ada, yang ada hanyalah hari ini. Bagaimana hari ini aku berusaha untuk memperbaiki masa lalu dan menciptakan harapan untuk masa depan.
***
”Ma, besok aku akan sekolah, aku rasa waktu yang aku butuhkan sudah cukup” aku tersenyum pada mama.
Mama memelukku erat, hatiku yang sempat mati terasa berdegup lagi ”Mama percaya kamu pasti bisa Taemin sayang, mama percaya hari ini akan datang” mata mama berkaca-kaca.
”Ma, aku benar-benar minta maaf selama ini aku bertingkah seperti itu. Mulai besok aku janji, aku akan bersekolah dengan baik!”
”Hanya itu yang mama inginkan Taemin, tidak lebih” mama kembali tersenyum.
”Ma...” aku memandangi setelan pakaian mama yang berwarna gelap, ”Mama kenapa pakai baju warna gelap sih? Mama khan suka warna cerah.”
”Mama mau melayat ke tetangga kita yang meninggal, bagaimana kalau kamu ikut saja? Sudah beberapa minggu ini kamu tinggal di sini, tapi belum berkenalan dengan tetangga kita.” mama mengelus rambutku
”Baiklah ma, sepertinya aku harus belajar bersosialisasi di sini. Aku akan ganti baju dulu. Tunggu ya ma!”
Setelah ganti baju aku pun berjalan kaki bersama mama menuju tempat melayat. Ternyata jalan yang kami lalui sama dengan jalan menuju toko buku. Entah kenapa aku jadi teringat Cimera.
”Ma, yang meninggal itu siapa?”
”Perempuan, mama lupa namanya. Padahal umurnya baru 21 tahun. Dia tinggal di sebelah utara toko.”
Deg! Entah kenapa perasaanku jadi tidak enak begini. Aku tahu Cimera hanya menipuku kalau rumahnya di situ tapi entah kenapa perasaanku jadi tidak enak begini.
”Memangnya meninggal karena apa ma?” aku cemas.
”Gagal ginjal. Katanya anak ini sudah sakit dari dulu. Makanya jarang keluar rumah. Mama yang sudah lama di sini saja tidak tahu wajahnya.”
Tidak mungkin Cimera khan? Mana mungkin penyakit bintik-bintik merah di kulitnya bisa membuat dia menderita gagal ginjal. Lagipula dari tubuhnya yang mungil tidak mungkin dia berusia 21 tahun khan? Aku pun berusaha menghibur diriku.
Tanpa kusadari kami telah sampai di rumah tersebut. Rumah kecil bertingkat yang sempat aku datangi. Meski sudah berusaha menghibur diri entah kenapa aku tetap merasa cemas.
”Saya turut berduka cita, bu” mama tampak bersalaman dengan seorang ibu bermata sembab, ”Perkenalkan ini anak saya” mama menunjukku, aku pun bersalaman dengan ibu itu, dan entah kenapa wajah ibu itu mengingatkan aku akan seseorang.
”Mari, jenasah anak saya ada di situ.” Aku pun berjalan mengikuti ibu itu.
”Yang tabah ya bu.” mama mengelus pundak ibu itu.
”Saya sudah tahu umur anak saya tidak akan bertahan lama, kakaknya juga pernah meninggal karena penyakit yang sama, tapi tetap saja saya sulit untuk merelakannnya.” Dia berusaha tersenyum meski terlihat pahit, dia pun membuka kain kafan itu. Dari jauh perempuan yang katanya berumur 21 tahun itu terlihat memiliki tubuh yang kecil.
”Penyakit ini membuat pertumbuhan Reyna terhambat, tubuhnya tampak lebih kecil dari usianya.” ibu anak itu berkata pelan, ”Penyakit ini menyerang sel tubuhnya sendiri, apa yang bisa dia makan dibatasi, supaya tidak menimbulkan alergi. Rambutnya cepat sekali rontok, bahkan jika ingin keluar dia harus memakai wig. Dia sangat sensitif terhadap cahaya matahari, dia jadi tidak bisa keluar, bahkan untuk bersekolah...” ibu itu mulai menangis.
Entah kenapa, aku merasa takut sekali. Aku pun memutuskan untuk melangkah maju mendekati jenasah tersebut. Tubuh yang mungil, rambut yang sangat tipis, dan ketika aku melihat wajahnya... rona kupu-kupu itu! Meski rambut jenasah itu tidak panjang, aku tahu siapa jenasah itu! Aliran udara di kerongkonganku terasa terhenti begitu saja. Keringat dingin membasahi pelipisku.
”Bu, apa anak ibu menderita sistemik lupus eritematosus?” suaraku terdengar sedikit gemetar, ibu itu hanya bisa mengangguk sembari menahan tangis. Aku tercengang dan hanya bisa menelan ludah, berusaha menelan kenyataan yang begitu pahit.
Cimera gadis kupu-kupu bangunlah! Katakan bahwa sekarang adalah April mop! Paksa aku lagi untuk menikmati es krim rasa duren! Tertawalah terbahak-bahak lagi seperti saat kamu menipuku! Jangan hanya berbaring di situ! Aku benar-benar tidak percaya. Meski aku hanya bertemu beberapa kali dengan Cimera, aku sangat mengenali wajahnya. Terutama rona kupu-kupu itu. Dia memang belum bisa berkata jujur ketika aku tidak sengaja menarik rambut palsunya. Dia memang berbohong mengenai namanya, tapi ini benar rumahnya. Dan sayangnya, dia tidak sedang berbohong ketika berkata, umurnya tidak lama lagi. Cimera, kenapa rona kupu-kupu yang indah di wajahmu harus menjadi sayap hitam yang menerbangkanmu pada malaikat pencabut nyawa? Kenapa?
***
”Apa benar kamu sudah siap? Jika belum, tidak apa-apa beristirahat satu hari dulu.” ibu menatap mataku dalam, setelah kemarin aku menceritakan semua hal tentang Cimera, maksudku Reyna, gadis berwajah kupu-kupu.
”Tidak apa-apa ma. Aku sudah berjanji padanya bahwa hari ini aku akan sekolah. Aku harus menepatinya.” aku berusaha tersenyum.
”Ya sudah, mama percaya kamu sudah tahu mana yang terbaik Taemin” mama merapikan piring sarapanku, ”Meski gadis berwajah kupu-kupu itu sudah tidak ada, tapi di sini, di pundakmu” mama menepuk pundakku, ”Mama melihat sayap transparan yang diberikan Cimera untuk menerbangkan lukamu, dan mendekap hatimu, percayalah.” mama tersenyum.
”Iya ma” aku mengangguk ”Oh, ya, aku takut terlambat, aku berangkat sekarang ya, ma.” aku mencium tangan mama lalu beranjak pergi.
Kali ini langkahku terasa ringan, tapi aku berhenti sejenak ketika tiba-tiba ada kupu-kupu yang hinggap sejenak di pundakku lalu terbang menjauh lebih tinggi lagi. Aku pun berkata dalam hati.
miring
Cimera, meski kupu-kupu di wajahmu membawamu terbang ke langit, tapi kupu-kupu di wajahmu tidak akan pernah membuatmu terbang dari hatiku. Percayalah.
1 ♥♥♥:
I Like this.. ^^
Post a Comment
Your comment is just like oxygen!