credit: as tagged |
- Kim So Eun as Yoon Hyora
- Choi Minho as Choi Minho
- Lee Taemin as Lee Taemin
Other Cast:
- Lee Jinki as Onew or Dubu or Lee Jinki
- Kim Jonghyun as Jjong
- Kim Key Bum as Key
Hyora sebenarnya gadis yang baik dan manis. Hingga sekarang dia tidak mengerti apa yang salah dengannya sehingga teman-teman menjauhinya karena takut sial. Selama ini dia tidak keberatan hidup tanpa teman namun akhir-akhir ini dia (yang kini sudah menginjak usia 17 tahun) akhirnya terkena juga takdir yang namanya jatuh cinta pada lawan jenis.
Untuk pertama kalinya, Hyora merasa deg-degan jika bertemu dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu adalah teman sekelasnya bernama Lee Jinki yang akrab dipanggil Onew atau Dubu oleh teman dan penggemarnya. Alasan kenapa Hyora jatuh cinta pada lelaki itu sebenarnya kurang logis, tapi dia bilang dia jatuh cinta pada Onew karena cowok itu punya alis mata yang mirip ulat bulu.
Suatu ketika Hyora mengeluh pada kakek dan neneknya mengenai pekerjaan di kuil yang saban hari dia lakukan.
"Haraboji, apakah kau tidak merasa halaman rumah kita sangat luas," kata Hyora memulai pembicaraan.
"Guere yo. Halaman rumah kita memang sangat luas, wae yo?" tanya kakeknya yang sedang membakar dupa.
"Apalagi ditambah halaman kuil," kata Hyora berekspresi letih, memasang ekspresi wajah paling malang sedunia.
"Hei, kenapa kau mendengus seperti itu, sebenarnya apa yang hendak kau katakan?" tanya kakeknya mampu menangkap aura "udang di balik penggorengan" dari sang cucu.
"Begini haraboji, Hyora merasa akhir-akhir ini capek sekali dengan kegiatan di sekolah. Haraboji tahu kan, Hyora harus ikut kegiatan ekstra di luar sekolah dan jika sampai rumah harus membersihkan semua halaman dan kuil. Hyora merasa letih" lagi-lagi Hyora pasang wajah paling malang se-galaksi.
"Apa saat ini kau sedang mengeluh?" tanya neneknya yang keluar dari dapur ikut-ikutan nimbrung.
"Iyaa, eh bukan begitu haramuni. Hyora tidak sedang mengeluh, hanya saja, apakah kalian tidak kasihan melihat cucu kalian satu-satunya ini yang semakin hari semakin kurus nan ceking?" kata Hyora mendramatisir.
"Chowa, chowa... Haraboji mengerti, lalu yang sebaiknya kami lakukan agar cucu kami ini tidak semakin kerempeng?" tanya kakeknya luluh.
"Hmm, begini. Hyora berpikir, alangkah baiknya jika ada yang membantu Hyora bekerja di kuil terutama saat Senin, Rabu dan Sabtu karena saat itu Hyora harus ikut ekstrakulikuler lebih dan pulangnya agak terlambat," kata Hyora memberi usulan.
"Bagaimana yobu?" tanya sang kakek pada istrinya.
"Chowa yo. Kita tidak boleh terus mengekang uri Hyora di dalam rumah. Kurasa ide Hyora bagus juga," jawab sang nenek.
"Guere. Kalau begitu, mulai besok, haraboji akan mencari orang untuk membantumu," kata kakeknya.
Hyora berteriak dalam hati. Betapa hatinya gembira rencananya berhasil dikabulkan.
"Gumawo yo, haraboji, haramouni, saranghae yo"
Sebenarnya Hyora hanya mengikuti ekstrakulikuler setiap 2 kali seminggu yaitu pada hari senin dan Rabu, tapi dia bilang hari Sabtu juga termasuk di dalamnya karena hari itu Onew sedang ikut ekstrakulikuler IRT (industri rumah tangga) yang notabene melakukan acara masak-memasak di dapur sekolah.
***Dua Hari Berikutnya, Sabtu Siang di Sekolah***
Seperti biasa, hari ini Hyora sudah menyiapkan peralatan (stalker)-nya yaitu jaket bertudung, kacamata dan teropong mini. Dengan terburu-buru dia menuju dapur sekolah namun seperti biasa, penggemar Key sudah banyak yang menunggui sang pembuat tahu Dubu banyak punya penggemar lataran dia sering mewakili sekolah dalam ajang lomba memasak tingkat nasional. Baru-baru ini dia mendapat predikat nomor 1 dalam membuat roti Bong (memangnya Takgoo) adonan berbahan dasar tahu.
Dan perlu diketahui penggemar Onew emang tergolong (sarap) agak seperti idolanya, rada crazy gitu. Saat melototin Dubu Onew beraksi dengan adonan masakannya, penggemarnya ada yang naikin tangan sambil megang penggorengan (gantiin light stick mungkin), ada yang mengiringi tiap langkah Onew dengan dentingan panci yang digebuk, bahkan ada yang bawa piring segala (mau minta hasil masakannya kali). Dan lagi, penggemar Onew semua terdaftar dalam suatu komunitas yang bernama Komunitas Tahu Goreng MVP!
Hyora tentu saja tidak bisa gabung karena auranya yang penuh dengan hawa kutukan. Siapa yang mendekatinya jadi sial. Maka dari itulah, dia diam-diam ikutan nontonin idolanya. Saat suasanya lengang (dimana para penggemar Onew asik melototin idolanya dengan posisi liur menetes), Hyora diam-diam ingin menyelip di antara kerumunan itu. Namun belum berhasil usahanya, tiba-tiba suatu nasib apes menimpa orang sekiatarnya lagi. Kali ini ngga tanggung-tanggung, sang Onew sendiri yang harus menanggung risiko berada dekat dengannya. Dengan sangat tidak masuk akal, kompor Onew tiba-tiba meledak tanpa sebab. Akibatnya rambut Onew jadi botak sebelah, itu mah Key nyaris hangus dan mukanya hitam kena arang.
Hyora buru-buru hendak ngibrit tapi ternyata usahanya gagal. Dia keburu diamankan oleh penggemar Onew.
"Yaaaa!!! Yoon Hyora! Berapa kali kami katakan, jangan dekat-dekat uri Dubu! Kau jangan pura-pura tidak tahu kalau dirimu selalu mendatangkan sial bagi orang sekitarmu. Lihat sekarang Onew terluka apa kau tidak punya perasaan, yaaaaa! Mulai sekarang kau harus menjaga jarak dengan Jinki-goon setidaknya dengan jarang 1000 meter arachi???" berbagai cacian sukses mendarat di atas kepalanya yang sedang tertunduk.
Usaha mengintip Onew hari itu berakhir dengan sangat tidak sukses. Hyora yang diberi umpatan seperti tadi pulang dengan berlinang air mata. Saat pulang dia tidak ingin langsung bertemu dengan siapapun di rumah dalam keadaan menangis sehingga dia memutuskan untuk pergi ke Kuil Selatan agar menenangkan hati terlebih dahulu. Lagipula, dia memang selalu bertugas membersihkan kuil selatan tiap pulang sekolah, seperti biasanya. Dengan mata masih kemerahan dan wajah sembab, dia meletakkan tasnya kemudian mengambil sapu di gudang belakang. Namun aneh sekali sapu yang biasa dia pakai, yang selalu ia taruh di tempat yang sama tiba-tiba hilang. Setelah mencari di semua sisi tidak juga lantas ia menemukan sapu tersebut.
Akhirnya Hyora memutuskan untuk mencari sapu cadangan di atas almari usang yang terdapat di sudut gudang. Karena lemari tersebut tinggi dia menggunakan sebuah kursi kayu kecil untuk menopang tubuhnya, agar bisa menjangkau sapu cadangan tersebut. Tapi naas, belum sampai jemarinya mencapai sapu tersebut, gadis itu terburu jatuh dengan ditimpa berbagai macam-macam benda kecil berdebu dan berlaba-laba. Di ruang yang pengap tersebut dengan dipenuhi debu di sekitarnya membuat Hyora susah bernafas, maka dari itu ia buru-buru keluar gudang untuk mencari udara segar.
"Uhuk-uhuk..." Hyora terbatuk sambil menerobos pintu secepat yang ia bisa.
GUBRAK!
Hyora menabrak sesuatu hingga keseimbangannya oleng dan akhirnya jatuh.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!" seseorang berteriak sambil mengacungkan ujung sapu lidi ke arah Hyora.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!" Hyora ngga kalah histerisnya sambil berusaha lari menjauhi pukulan sapu lidi dari orang tersebut.
"SIAPA KAU?" tanya Hyora akhirnya.
"Ampun Roh Kuil! Saya orang baru di sini. Saya tidak bermaksud masuk area anda. Saya hanya tukang bersih-bersih di sini" kata orang itu yang ternyata orang sewaan kakeknya untuk membantu Hyora bersih-bersih tiap sore.
"Nugu ya? Kau bilang kau tukang bersih-bersih di sini?" tanya Hyora sambil memperbaiki rambutnya yang acak-acakan dipenuhi debu.
"Ya, Roh Kuil" kata laki-laki itu tak berani menatap Hyora. Laki-laki itu salah mengerti, doa mengira Hyora (yang berpenampilan acak-acakan dengan rambut panjang terurai dan mata sembab) adalah roh Kuil Selatan.
"YAHHHHH!!!! Aku bukan Roh Kuil!! Aku penerus kuil ini! Namaku Yoon Hyora! Aiisssshhhh," bentak Hyora geram.
"Mwo? Yoon-sshi?? Mianhae! Tapi apa yang terjadi padamu? Kok penampilan Anda mirip roh kuil?"
"Aisshh, orang ini!!" geram Hyora dalam hati sambil mendelik ke arah laki-laki itu. "Aku tadi terjatuh saat mencari sapu, tak tahunya kau pelaku yang telah mengambil sapuku!" kata perempuan itu menjelaskan itu.
"Ahh, sapu ini!" kata laki-laki itu nyengir seraya menyembunyikan sapu itu dibelakang tubuhnya. "Ah, kalau begitu aku akan melanjutkan pekerjaanku," kata laki-laki itu sopan seraya bungkuk layaknya pesuruh yang sedang memberi hormat pada nona muda-nya.
Laki-laki tadi setengah berlari menuju halaman tapi saat dia melewati tangga turunan tiba-tiba dia terpeleset hingga bunyinya gedebak gedebuk. Hyora yang menyaksikan kejadian itu buru-buru membantu laki-laki itu berdiri.
"Astaga tanganmu berdarah! Tunggu biar kuambilkan obat. Kata Hyora buru-buru mengambil sebuah kotak dari tasnya.
"Ah, nona kau tak perlu repot-repot. Lagipula memang aku yang salah jalan tidak melihat sekitar, tadi aku melihat ulat bulu tergantung di sarang laba-laba lalu terpeleset begitu saja," kata laki-laki itu polos.
Ulat bulu? Hyora terpingkal dalam hati mendengar alasan innocent lelaki itu. Ternyata laki-laki itu juga penggemar ulat bulu. Tiba-tiba Hyora merasa tertarik pada laki-laki nyentrik berambut pirang halus itu. Dia merasa ada ikatan batin yang begitu kuat. Mungkin karena mereka sesama pecinta ulat bulu.
"Aduhh" lelaki itu mengaduh.
"Tahan sebentar"
"Aaah" laki-laki itu mengerang lagi.
"Nah sudah selesai" kata Hyora setelah usai menempelkan plester antiseptik di lengan lelaki yang berdarah tersebut.
"Wah, bentuknya kura-kura. Gumawo yo, Yoon-shi" kata laki-laki itu. "Aku sangat suka kura-kura," katanya melanjutkan saat melihat gambar di plesternya berisi kura-kura.
"Anak ini kelas berapa sih? Kok suka barang-barang yang sama sepertiku?" pikir Hyora makin penasaran dengan laki-laki tersebut.
"Chonmane yo," jawab Hyora.
"Ah, ya. Kau seperti dokter saja membawa peralatan P3K kemana-mana," komentar lelaki tersebut.
Hyora tercekat. Dia tidak mungkin memberi tahu laki-laki yang baru ia kenal mengenai alasannya membawa kota P3K itu keman-mana. Pasalnya dia membawa kotak itu selalu untuk mengantisipasi hal yang sama, yang hampir selalu terjadi setiap ia berdekatan dengan orang lain kecuali keluarganya. Bisa dikatakan sebagai antisipasi dan pertolongan pertama bagi korban "kutukan sial bila dekat dengannya". Bisa-bisa jika Hyora mengatakan alasan sebenarnya, laki-laki itu malah menjauhinya sama seperti orang-orang yang dia kenal selama ini, termasuk Insiden Key tadi di sekolahnya.
"Err, karena cita-citaku menjadi dokter, hehehe, sudah ya, aku harus pulang!" kata Hyora tiba-tiba mengalihkan perhatian dan ingin segera pergi dari tempat itu sebelum kejadian buruk lainnya terjadi pada laki-laki pirang tersebut.
***Keesokan harinya, Minggu***
Pagi-pagi sekali Hyora terbangun setelah bermimpi aneh. Di dalam mimpinya dia bertemu dengan seorang lelaki yang sangaaaaaat tampan. Rambutnya panjang berwarna hitam halus. Matanya besar dan punya daya tarik yang luar biasa membuat setiap kaum hawa meleleh dengan sekali tatapan. Di dalam mimpinya, laki-laki tersebut memberi tahu Hyora untuk menemuinya di Kuil Utara pada saat matahari terbenam. Sungguh mimpi yang terasa amat nyata. Hyora merasa seolah dia baru saja menyaksikan film romantis zaman dulu karena laki-laki dalam mimpinya menggunakan pakaian tradisional Jepang. Hyora jadi berpikir dia bisa mimpi seperti itu pasti karena efek membaca komik jepang (manga) yang berjudul Hikaru Nogo dan Inuyasha terlalu banyak dan dia yakin ia pasti akan lupa mimpi dengan pesan di mimpi secepatnya.
Tapi sungguh aneh, saat matahari terbenam, neneknya tiba-tiba menyuruh Hyora pergi ke kuil utara untuk membakar dupa di sana. Maka dengan hanbok lengkap dengan peralatan sembahyang lainnya, Hyora berangkat ke kuil utara untuk menyalakan dupa. Hari itu adalah hari dewa bumi. Dan Hyora tiba-tiba teringat akan pesan dalam mimpinya tadi pagi lagi. Walau berharap lelaki dalam mimpinya nyata tapi dia ingin meyakinkan kalau mimpinya murni hanya hasil fantasinya sendiri.
Kriet...
Pintu kuil dia buka. Hyora kemudian menyalakan beberapa lilin dan dupa di berbagai patung. Saat dia hendak menyalakan lilin ke-tujuh dia melihat sebuah batu giok yang berwarna biru terang sangat menarik perhatiannya. Batu giok tersebut terdiri dari dua bagian yang bisa saling menyatu. Merasa penasaran, gadis itu menimang-nimang giok itu sebentar seraya memandangi dengan seksama. Dan saat dia ingin memastikan keaslian batu tersebut, dia menggigitnya. tapi olalala, batu giok tersebut patah jadi dua bagian lagi. Merasa bersalah, buru-buru dia meletakkan batu giok itu kembali ke tempatnya dan lanjut berdoa di depan patung dewa bumi dengan mata terpejam. Selang beberapa detik prosesi doa selesai, Hyora membuka matanya kembali dan...
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH" Hyora berteriak histeris. Gadis itu dikagetkan dengan kehadiran seorang laki-laki bertubuh jangkung menggunakan pakaian kekaisaran dulu berwarna merah menyala dan lagi laki-laki itu...melayang di udara.
"Annyeong..." kata-laki-laki itu. Dan terjadilah teriakan histeris Hyora tersebut.
"Hei, jangan takut! Kau pura-pura tidak pernah bertemu denganku saja!" kata laki-laki itu.
Hyora mundur teratur dengan kaki gemetar hebat. Baru kali ini dia bertemu roh ganteng.
"Siiii siii siapa kau?" Hyora berusaha mencari sudut ruangan tanpa mampu mengalihka perhatiannya dari laki-laki melayang tembus pandang di depannya.
"Jo? Jo neun Choi Minho imnida!" kata laki-laki tersebut tiba-tiba berada membelakangi Hyora setengah berbisik. Otomatis kemunculan tiba-tiba Roh yang mengaku bernama Choi Minho itu membuat Hyora terjatuh kehilangan tenaga. Debaran jantungnya tak terkendali. Dia ketakutan setengah mati.
"Choooo choooo iii min hooo-ssshi, sebeeenaarnyaa kau ini a a a pa?? A a a a pa mau mu?" tanya Hyora hampir menangis karena ketakutan setengah mati. Baru kali ini dia melihat makhluk tembus pandang seperti itu.
"Mau apa? Pertanyaan bagus! Itulah tujuanku menemuimu hari ini!" kata Minho. "Aku adalah roh yang terperangkap dalam batu giok yang kau patahkan sisinya tadi. Aku adalah roh yang dulu dikurung oleh nenek moyangmu dalam batu itu. Namun rohku ini akan bisa keluar jika batu giok itu terpatahkan jadi dua lagi" kata Minho panjang lebar.
Roh katanya? Hyora menelan ludah.
"Lalu apa yang kau inginkan?" tanya Hyora lagi-lagi menelan ludah. Jangan-jangan kali ini roh tersebut meminta nyawanya untuk bisa kembali ke surga. Pikiran Hyora melayang.
"Aku harus kembali ke surga, maka dari itu aku harus..."
"ANDWE!!! Jangan ambil nyawaku...!" Hyora kini benar-benar menangis kali ini.
"Hei hei hei, siapa yang mau mengambil nyawamu, bodoh!" kata Minho sang roh batu giok mendekatkan wajahnya ke depan wajah Hyora.
"Kok kok kau tahu aku bodoh?" tanya Hyora polos. "Eh bukan itu intinya. Lalu apa yang kau minta?" tanya Hyora kini mulai reda tangisannya.
"Untuk pergi ke surga aku harus mengabulkan 3 permintaan orang yang telah membebaskanku," kata Minho.
"MWO?? Bukannya minta nyawaku malah mengabulkan permintaan? Jjinca????" tanya Hyora.
"Jjinca yo!" roh batu giok mengangguk mantap.
"Permintaan apapun?"
Minho mengangguk lagi. Hyora sangat senang. Selama ini dia sangat ingin bertemu dengan orang tuanya lagi meskipun hanya sebentar.
"Permohonan pertama, aku ingin agar bisa bertemu orang tuaku, walau hanya sebentar!"
***
Sebuah taman yang indah, penuh bunga dandelion diterpa sinar mentari pagi yang tidak terlalu menyilaukan. Suara deburan ombak membuat suasana semakin syahdu. Terdengar gemerisik bunyi rerumputan yang bergesekan satu sama lain akibat langkah kaki seseorang, dua orang ah tidak, tiga orang. Mereka tersenyum bersama, berlar saling mengejar. Bercanda seolah mengajak mentari turut serta menikmati moment paling bahagia sedunia. Mentari diajak turut menyaksikan seorang gadis yang sedari kecil rindu akan wajah kedua orang tuanya. Gadis itu...pertama kalinya tersenyum setulus dan sebahagia itu.
***
"Hyora-ah. Hyora-ah! Bangun!" nenek Hyora berusaha membangunkan Hyora yang tertidur di kuil utara sendirian dalam keadaan menggunakan hanbok.
"Hyora-ah!" panggil kakeknya juga.
Merasa tubuhnya diguncang, dia akhirnya membuka matanya perlahan dan mendapati nenek dan kakeknya berada di sana sambil memasang wajah cemas.
"Astaga, Hyora-ah! Kau membuat kami cemas saja! Ada apa denganmu? Kenapa kau tertidur di sini?" tanya neneknya seraya memeluk cucunya itu.
"Ah? Aku tertidur? Tapi..." ucapan Hyora terhenti saat dia berusaha mengingat runtutan cerita yang dia alami semalam. Dia tidak mungkin bercerita mulai dari bertemu roh tampan bernama Choi Minho dan bertemu kedua orang tuanya lagi. Dan setelah dia pikir-pikir yang ia alami sangat tidak masuk akal. Bisa saja dia berhalusinasi lagi. Dia jadi ragu dengan kenangan kemarin. Tapi segalanya terasa begitu nyata.
"Tapi apa?" tanya kakeknya.
"Tapi...aku harus segera berangkat sekolah kek! Aku sudah telat!!" Hyora buru-buru mengalihkan perhatian dan buru-buru siap-siap ke sekolah.
***Di Sekolah***
Saat pelajaran, pikiran Hyora hanya sibuk diliputi kejadian semalam. Dia masih ingat betul runtutan kejadiannya, tapi kenapa malah berakhir dengan tertidurnya dia di kuil? Bukankah dia sedang bersama kedua orang tuanya? Lagipula kenapa sang roh giok itu tiba-tiba menghilang. Padahal dia masih berhutang dua permintaan lagi.
Saat pelajaran berakhir, Hyora menuju ke ruangan melukis untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Saat masuk kelas lukis, saat itu sepi, hanya ada seorang laki-laki pirang yang sedang mengamati patung contoh. Laki-laki itu tidak asing, tapi...
"Apa yang hendak kau lakukan dengan patung itu?" tanya Hyora dari balik pintu. Maksud hati Hyora bertanya dengan baik-baik, tapi...
GUBRAK_GUBRAK_GUBRAK!!!
Tiba-tiba 3 patung gipsum di hadapan laki-laki itu jatuh dan pecah berkeping-keping.
"Ups!" laki-laki itu kemudian menatap ke arah Hyora yang menganga melihat patung itu jatuh berkeping-keping.
"Yoon Hyora-sshi?!" tanya laki-laki itu.
Hyora hanya menatap laki-laki itu dengan pandangan kosong. Dia merasa bersalah atas terjatuhnya patung-patung itu. Dia berpikir itu pasti karena "kutukan sial dekat dengannya" lagi.
Belum sempat dia menyahuti ucapan laki-laki pirang yang punya senyum manis itu Hyora buru-buru membersihkan sisa kepingan patung tersebut dibantu si laki-laki pirang tanpa banyak tanya lagi.
Tiba-tiba seorang kakak kelas bernama Kim Shinyoung yang kebetulan melihat kejadian tersebut berteriak ke arah Hyora.
"YAAAA!!!! Yoon Hyora! Sudah cukup kau membuat semua orang di sekitarmu sial! Kemarin Uri Dubu kau celakai! sekarang kau berusaha mencelakai adiknya juga???? Yaahhh!!!!" kata perempuan tersebut geram hendak memukul Hyora.
Hyora meneteskan air matanya dikata-katai seperti itu.
"Yaaaa!!! Shinyoung Noona! Hentikan! Apa yang hendak kau lakukan?" tanya si pirang yang disebut adik Jinki oleh Shinyoung itu merentangkan kedua tangannya, berusaha melindungi Hyora.
Hyora yang sedang terisak itu menatap ke arah si pirang yang ternyata adik idolanya, Jinki.
"Taeminnie, minggir! Gadis ini perlu diberi pelajaran!" kata Shinyoung tidak sabaran berusaha mendorong si pirang.
"Andwe! Yoon-shhi! Ayo kita pergi dari sini!" ajak si pirang sambil menarik tangan Hyora keluar dari kelas melukis. Mereka berlari ke luar sekolah. Di jalan, Hyora tak kuasa menahan air matanya. Seolah ditahan dari usianya kecil dulu, sejak dia sadar dia adalah sumber masalah bagi teman-temannya, air mata Hyora tidak bisa berhenti mengalir hingga mereka tiba di sebuah taman dan duduk di sebuah bangku taman yang tervuat dari kayu yang dicat putih.
"Maafkan aku" kata Hyora dan Taemin bersamaan di tengah keheningan itu.
"Sebenarnya aku selalu membuat sial," kata Hyora seraya terisak.
"Sebenarnya aku selalu ditimpa kesialan," kata Taemin serasa menghela nafas.
Mereka jadi saling berpandangan. Rupanya mereka punya takdir serupa. Hyora selalu dijauhi teman-temannya karena dia selalu membuat orang sekitarnya sial. Sedangkan Taemin adalah seseorang yang selalu ditimpa kesialan dari kecil sehingga dia selalu berusaha dilindungi orang-orang sekitarnya. Lagipula wajahnya sangat manis seperti perempuan sehingga orang-orang tidak tega melihatnya disakiti.
Hyora dan Taemin hanya saling menertawakan kesialan masing-masing.
"AH! Aku lupa aku kan harus bekerja di tempatmu!" kata Taemin seraya menepuk jidatnya.
"Ah benar juga!" Hyora tiba-tiba berdiri.
GUBRAK
Taemin sukses mendarat di rumput taman karena keseimbangan bangku jadi berkurang pasca kehilangan beban dari Hyora. Pasca jatuh, Taemin yang sekurus tulang hanya nyengir ke arah Hyora.
"Pffhahahahaha," Hyora tidak bisa menahan tawanya. Dia tertawa dengan lepas. Hyora jadi merasa tidak sendirian lagi. Dia merasa mendapat teman sepenanggungan. Dan lagi Taemin benar-benar orang yang sangat ceria, dia tidak pernah merasa Hyora sebagai penyebab kesialan yang dia alami.
Mereka kemudian berlari ke kuil selatan sambil berlomba siapa yang paling cepat sampai dia yang membersihkan halaman kuil yang lebih banyak.
"Selamat datang, Hyora-ah, Taemin ah," kata nenek dan kakek yang kebetulan sedang ada di kuil selatan menyapa kedua orang tersebut.
"Haraboji, haramuni, annyeong!" kata Hyora ngos-ngosan.
"Yoon haranonim, haramuni, annyeong hasaeyo," kata Taemin seraya mengatur nafas sambil membungkuk ke arah kakek dan nenek Hyora.
"Kenapa kalian berlari? Apa kalian di kejar anjing galak?" tanya nenek.
"Hahaha, iya haramuni, kami baru saja lari dari anjing super galak..." kata Hyora seraya mengerdip ke arah Taemin.
"Kekeke, ye haramunim," Taemin mengiyakan "...anjingnya bernama Shinyoung," Taemin berbisik.
Mereka berdua terekekeh.
"Kalian ternyata berasal dari sekolah yang sama ya?" tanya sang kakek.
"Yee, harabonim," jawab Taemin.
"Berarti kau adik kelas Hyora kan?" tanya sang nenek.
Hyora dan Taemin saling bertatapan dan saling mengangkat bahu tanda tidak tahu.
"Ya sudahlah, kalian lanjutkan saja dulu perkerjaan kalian. Kami harus kembali ke rumah dulu," kata nenek dan kakek seraya berlalu.
"Ya, aku lupa menanyakan margamu, Taemin. Kudengar tadi kau adik Lee Jinki?" tanya Hyora.
"Kurom! Margaku Lee, wae?" tanya Taemin balik sambil sibuk menyapu daun.
"Ani yo. Aku juga kelas III sama dengan Jinki. Memangnya kau kelas berapa?"
"Kelas II" jawab Taemin tanpa ragu.
"Seharusnya kau memanggilku Noona," gumam Hyora. "Ah Taemin, kenapa kau mau kerja di sini?" tanya Hyora.
"Aku perlu uang untuk membelikan Jinki Hyung kado. Sebulan lagi ulang tahunnya dan dia ingin dibelikan kompor baru. Baru-baru ini dia mengeluh kompornya rusak," jawab Taemin.
"Apa karena kompor kakakmu meledak?" tanya Hyora menelan ludah. Dia jadi ingat insiden di dapur sekolah khawatir dialah penyebabnya.
"Ani yo. Kompor itu memang sudah tua usianya, kurasa sudah waktunya pensiun," kata Taemin.
"Ohh..." Hyora merasa lega.
"Ahya, tadi saat lomba lari siapa yang menang? Aku jadi lupa karena diajak ngobrol oleh harabonim dan haramunim," kata Taemin.
"Tentu saja aku!" jawab Hyora bangga.
"Apa kau yakin?" pancing Taemin dengan nada sangat ragu.
"Iya!" jawab Hyora mantap.
"Tapi kenapa kau menyapu halaman lebih banyak dariku? Hahaha" Taemin terkekeh.
**Malamnya**
Hyora tiba-tiba teringat dengan roh batu giok. Saat henda menuju ke Kuil Utara, tiba-tiba roh batu giok Minho itu muncul tiba-tiba di hadapannya. Persis dengan kejadian kemarin. Hanya saja sekarang Hyora tidak sekaget kemarin.
"Yah!!! Roh Batu Giok! Bisa ngga sih kau muncul tanpa mengagetkanku?" bentak Hyora.
"Bisa saja. Permohonanmu dikabulkan!" jawab Minho. "Permohonanmu sisa lagi satu!"
"MWO?? Jangan bilang yang barusan dihitung permohonan!" kata Hyora.
"Ah ah ah ah!" Minho geleng-geleng sambil senyum pertanda tidak boleh ada bantahan.
"Hyora-ah! Kau belum tidur?" tanya neneknya dari kamar.
"Aku sedang menghapalkan drama, Haramunim!" kata Hyora berbohong.
"Iya, haramunim! Cucumu sedang menghapalkan dialog seorang budak yang sedang marah pada Kaisar Hangguk," kata Minho mengejek dengan tampang sumpah kocak abis.
"Isshh, kau ini!" kata Hyora hendak memukul Minho yang tembus pandang itu.
Minho hanya terkekeh melihat reaksi Hyora. Perlu diketahui, Minho meninggal pada usia 20 tahun, sehingga wujud yang sekarang dilihat Hyora sama saat dia meninggal dulu.
"Baiklah, karena aku hanya punya 1 sisa permohonan, aku akan memikirkan permohonan itu baik-baik terlebih dahulu. Jika aku sudah tahu apa yang hendak kuminta baru kuberitahu padamu. Sekarang aku harus tidur karena besok aku harus ikut pelajaran olahraga!" kata Hyora dengan nada mengusir yang diperhalus.
Tapi Minho tidak bergeming, dia tetap melayang di atas tempat tidur Hyora seraya menatap gerak-gerik gadis itu.
"Apa yang kau lakukan di sana?" tanya Hyora geram.
"Aku? Sedang diam dan menatapmu!" jawab Minho tanpa merasa bersalah.
"Wae???" Hyora mendelik.
"Karena permohonanmu biar aku tidak muncul mendadak. Jadi kuputuskan akan mengikutimu terus kemana pun,"
"Kemana pun? Aishh, kau ini ada-ada saja! Kenapa kau tidak kembali saja ke giok? Kau bisa muncul jika kuperlukan"
"Boleh saja, tapi buatlah itu sebagai permohonan!"
"Aisssshhhh! Licik sekali roh giok iniii" pikir Hyora dalam hati. "Baiklah! Ikuti saja aku sesuai kemauanmu! Tapi kau tidak akan terlihat oleh orang lain kan?" tanya Hyora.
Minho mengangguk mantap.
Hyora berusaha menutup matanya tapi tidak bisa. Dia tidak nyaman dengan kehadiran orang lain yang terus memolotinya dalam keadaan tidur, meskipun makhluk itu berupa makhluk tembuspandang.
"Yaaa, Minho-sshi... Mengapa dulu nenek moyangku mengurungmu di dalam batu giok tersebut?" tanya Hyora akhirnya, sambil menunggu rasa kantuk mendatanginya.
"Dulu nenek moyangmu adalah kekasihku. Kami tidak bisa hidup bersama karena dia telah ditunangkan dengan keluarga Yoon ini. Tapi karena aku berusaha menculik nenekmu di hari pertunangan, keluarga Yoon membunuhku dan menyegel rohku di dalam batu giok ini. Nenekmu yang sangat mencintaiku berusaha mengeluarkanku rohku dari segel mantra batu giok ini namun tidak juga berhasil. Sampai akhirnya dia melahirkan seorang putra yaitu kakekmu, dia menemukan caranya tapi dengan konsekuensi harus kehilangan nyawa. Meskipun dengan mengorbankan nyawanya, rohku tetap tak bisa keluar dari giok tersebut karena giok itu harus terbelah terlebih dahulu. Dan tak sangka, nenek moyangmu kembali menjelma menjadi manusia lagi dan membebaskanku dari segel. Dan orang itu adalah..."
Belum sempat Minho menyelesaikan ucapannya, Hyora sudah tertidur pulas seolah mendengar dongeng dari ayahnya sendiri.
"...kau. Shin Hyora, kau sama sekali tidak berubah, bahkan selalu tertidur saat aku mulai bercerita," kata Minho seraya mengecup kening Hyora.
***Keesokan Harinya, di Ruang Ganti Baju Perempuan***
"Yah!!! Apa kau juga akan mengikutiku sampai ruang ganti baju?" teriak Hyora pada Minho yang selalu mengekor sejak pagi hingga dia salah tingkah.
"Yoon Hyora kau baik-baik saja?" tanya Choi Yoona, teman sekelasnya yang paling baik hati pada Hyora yang melihat kelakuan aneh gadis itu yang memaki-maki tembok.
"Mianhae, Yoona. Aku sedang menghafalkan sebuah adegan drama di tv yang paling aku suka, hehehe" kata Hyora tertawa hambar sambil mendelik ke arah Minho.
Minho terkekeh.
"Yaaahh, Nona Hyora! Aku tak akan mengikutimu ke kamar gabti perempuan, aku tak tertarik melihat tubuh anak ingusan!" kata Minho dengan nada mengejek.
Usai berganti baju, Hyora bertemu dengan Taemin saat menuju runag olahraga indoor.
"Annyeong Hyora-sshi!" sapa Taemin ke Hyora.
"Hei, Taemin-goon! Annyeong!" jawab Hyora dengan senyuman.
"Mengapa kau membawa ember berisi air?" tanya Hyora.
"Ah ember ini untuk Jinki Hyung. Ember ini berisi air cuka," kata Taemin dengan senyuman termanis. Hyora tersipu. Dia lupa tidak sampai 5 menit, "FENOMENA SIAL" akan segera terulang. Dan benar saja...
BYURRR
Ngga ada angin ngga ada hujan Taemin kepeleset lalu air cuka mengenai baju dan dagunya.
"Taemin, gwaenchana????" kata Hyora panik berusaha menolong Taemin. Tapi keburu Taemin dikerumunin penggemar kakaknya dan mereka berlomba mencari perhatian Taemin hingga dia diantar ke UKS. Hyora jadi merasa sedih lagi. Gara-gara dia Taemin jadi sial lagi.
Hyora hanya tersenyum kecut.
Setelah kejadian itu, Taemin tidak pernah muncul di hadapan Hyora, tidak di sekolah tidak di kuil.
Hyora jadi sering bengong di kelas akhir-akhir ini. Saat istirahat pun dia mematung di tempat duduknya.
"Yaa, Hyora! Kenapa kau selalu murung? Sangat tidak asik sekali deh!" kata Minho serasa duduk di pinggir jendela.
"Hyora-ah! Jika kau tetap tidak mengacuhkanku, aku akan bunuh diri aaaakkkkhh," Minho terjun dari lantai 4 kelas Hyora. Hyora hanya mengintip sepintas ke luar jendela, tiba-tiba dia dikagetkan dengan kemunculan Minho.
"Cilukbaaa! Sayangnya aku sudah mati jadi tidak bisa bunuh diri! Kekekeke" kata Minho berusaha membuat gadis itu tersenyumlagi.
"Hehehehe," Hyora akhirnya tertawa meskipun tidak seperti biasanya.
Begitulah hari-hari Hyora terlalui. Sudah seminggu pasca Taemin menghilang tanpa jejak. Hyora di sekolahnya akhir-akhir ini dikenal sebagai gadis yang agak tidak waras karena sering murung tapi tiba-tiba ngomong dan tertawa sendiri. Itu karena mereka tidak bisa melihat Minho di sekitarnya. Contohnya seperti kejadian hari ini. Hyora seperti biasa murung meskipun jam istirahat dia tidak bergeming.
"Nona Hyora, bukannya akhir bulan ini kau akan ada ujian?" tanya Minho.
"Ne, wae yo?" tanya Hyora sambil mengangkat alis.
"Apakah ujianya pilihan ganda?" tanya Minho.
"Yee! Wae yo, Minho-sshi?" tanya Hyora kini penasaran.
"Gawat donk! Kau pasti tidak bisa jawab! Soalnya pilihannya pasti hanya satu, yaitu diriku!"
"Ahahaha, gombalanmu ngga mutu banget! Apakah saat jamanmu dulu cara menggombalnya seperti itu?"
"Tentu tidak! Kami dulu tidak menggombal, cukup adu pedang untuk unjuk kekuatan!" Minho mulai atraksinya guling-guling di udara.
"Hahahaha," Hyora tertawa lepas. "Lalu kau belajar kata-kata gombal itu dari siapa?"
"Itu temanmu yang duduk di pojok!" Minho menunjuk seorang cowok berkacamata tebal bertampang serius yang bernama Key. Hyora terkekeh lagi. Sementara itu teman sebangku Key, Jjong menatap gadis itu aneh.
Tiba-tiba Choi Yoona, teman sekelas Hyora yang paling baik hati mendatangi Hyora karena tidak tahan melihat gadis itu mulai tidak waras pasca insiden Taemin yang sudah menyebar ke seantero sekolah.
"Yoon Hyora. Maaf aku baru menyampaikan pesan ini. Tapi kurasa kau harus membaca surat ini deh. Ini surat yang Taemin titipkan padaku beberapa hari lalu melalui Jinki-ah. Dia bilang surat ini untukmu.
"Mwo?" Hyora kaget lalu buru-buru menerima surat itu. "Gumawo yo, Yoona," kata Hyora lalu buru-buru membaca isi surat tersebut.
Dear, Yoon Hyora-sshi.
Keluargaku tiba-tiba harus kembali ke Jepang, ke tempat kakek dan nenekku. Nenekku sedang sakit, jadi kami sekeluarga memutuskan untuk pulang kampung hingga waktu yang tidak dapat ditentukan. Aku juga tidak tahu mengapa hal ini bisa terjadi begitu mendadak. Aku harap kita selalu berteman selamanya dan ingatlah jangan pernah merasa kau pembawa sial ^^
Hwaiting!
Lee Taemin
(taeminforever@yahoo.com)
ps: ingat segera e-mail aku begitu surat ini sampai ya!
Usai membaca surat itu Hyora menangis. Ia sendiri tak tahu kenapa dia menangis. Dia merasa sangat kehilangan sahabat satu-satunya.
"Hyora ah, lihatlah! Aku menggelantung seperti monyet," kata Minho berusaha menghibur Hyora yang tampak murung dari beberapa waktu lalu.
"Kau kelihatan murung!" kata Minho pada Hyora kahirnya. Mereka sedang berada di sebuah taman. Yang diajak bicara tidak menyahut, hanya terus menatap kosong ke depan. Pikirannya hanya penuh oleh Taemin.
Minho yang melihat gadis itu menangis merasa iba. Dia tidak ingin titisan pacarnya dulu menangis lagi di masa sekarang, oleh ulahnya lagi. Sebenarnya alasan kenapa Hyora selalu membuat orang lain di sekitarnya sial karena keterikatan Minho di sisinya. Saat sebelum giok itu terbelah, Minho sudah berada di sekitar gadis itu mulai dari kelahirannya. Keberadaan roh di sekitar manusia biasa hanya akan menimbulkan aura negatif. Itulah sebabnya aura negatif Hyora terbias ke orang-orang sekitarnya. Tapi nenek dan kakeknya tidak pernah kena aura negatif lataran mereka punya sepasang batu giok penangkal aura negatif yang hanya ada 2 di dunia.
"Chowa yo, kalau kau mau, kau bisa memintanya padaku..."kata Minho lirih.
Hyora berhenti menangis sejenak.
"Apakah saat permohonan terakhirku, kau akan menghilang juga?" tanya Hyora mengangkat kepalanya menatap Minho yang tengah melayang.
Minho hanya mengangguk pelan.
"Aku tidak sanggup jika kau juga ikut-ikutan pergi. Aku pasti akan sangat kesepian," kata Hyora kini terisak lagi.
"Hyora-ah!" Minho ikut sedih. Ingin rasanya dia segera lenyap dari muka bumi agar tidak membebankan Hyora karena keberadaannya. "Kurasa aku harus jujur padamu. Akulah penyebab kau selalu membuat orang disekitarmu sial. Aura negatif yang terjalin antara kita sejak kau lahir ke dunia ini membuat orang-orang sekitarmu terkena sial! Kau boleh membenciku, bahkan kau boleh meminta agar aku lenyap dari dunia ini dan kembali ke surga!" kata Minho jujur.
Hyora mengernyitkan kening. Butuh waktu beberapa detik bagi otaknya untuk memproses semua informasi yang baru ia dengar ini. Rasa kesal namun sedih bercampur di benaknya. Di satu sisi dia merasa sangat sedih karena dia merasa dialah yang menyebabkan kecelakaan kedua orang tuanya, dan lagi dia dijauhi semua orang.
"Apa aku saja yang lenyap dari dunia ini ya?" tanya Hyora seraya terisak sejadi-jadinya.
"Hyora-ahhhhh!" kata Minho berusaha menenangkan Hyora yang terisak hingga susah bernafas. Langit pun seolah mendengar kesedihan gadis itu dengan mengirimkan hujan, membuat gadis itu kuyup dan menangis di tengah taman si kala senja yang galau.
***
Keesokan harinya saat bangun, pukul 11.30 pasca menangis sejadi-jadinya di kamar semalaman, Hyora tidak menemukan Minho dimana pun. Dia merasa sangat janggal tanpa kehadiran roh itu akhir-akhir itu karena Minho teman satu-satunya yang dia punya.
"Minho-sshi..." panggil Hyora.
"Aku di sini," suara Minho menggema di kamarnya, tapi tetap wujudnya tidak terlihat.
"Minho-sshi. Kenapa kau main petak umpet di saat seperti ini?" tanya Hyora dengan nada agak ragu. Dia merasakan firasat yang aneh.
"Hyora ah, dengarkan aku. Hari ini jam 12 siang adalah batas waktu terakhir pintu surga terbuka. Jadi tubuhku perlahan-lahan hilang dari dunia ini. Jika pintu surga tertutup, maka kau pun tidak akan pernah mendengar suaraku. Jadi kusarankan sebaiknya kau buat sebuah permohonan sebelum jam 12 siang ini," kata Minho.
"ANDWEEE!..." kata Hyora mulai menitikan air mata. Dia sudah kehilangan seorang sahabatnya, jangan biarkan dia kehilangan seorang yang berharga lagi, meskipun hanya berupa roh.
"Hyora, dengarkan kata-kataku. Kau harus kuat dan tegar, oke? Setelah aku hilang dari dunia ini percayalah! Kau akan memulai hidupmu yang sebenarnya. Maaf membuatmu sengsara selama ini. Aku sangat senang melihat senyumanmu, jadi berjanjilah kau akan tersenyum lebih banyak nanti oke?" kata Minho meminta janji dari Hyora.
Hyora menggeleng, bukan karena tidak mau berjanji, tapi dia tidak ingin Minho lenyap dari dunia. Air matanya tidak bisa berhenti mengalir.
"Yaa, Minho-sshi. Apa benar kertas doa jika kita bakar akan sampai di surga?" tanya Hyora tiba-tiba mengganti topik pembicaraan.
"Begitulah...Wae?" tanya Minho dengan nada bingung.
Hyora buru-buru menuju kuil utara dan menuliskan sesuatu di sebuah kertas doa. Dia lalu menyalakan lilin. Perlahan dia membakar kertas doa tersebut dengan air mata yang mengalir di pipinya.
Maka 1 menit menjelang jam 12, suara Minho terdengar untuk terakhir kalinya.
"Selamat tinggal, Shin Hyora, chagiya..." yang didengar Hyora samar-samar karena dia hanya bisa mendengar suara tangisannya dengan jelas.
***Setahun Kemudian Upacara penyambutan mahasiswa baru Universitas S***
Hyora terburu-buru masuk ke aula karena dia terlambat di hari pertama penyambutan mahasiswa baru. Saat itu para mahasiswa sedang berdiri semua karena sedang memberi apresiasi pada seorang mahasiswa baru yang mendapat nilai ujian masuk paling tinggi. Saat itu Hyora mempergunakan kesempatan tersebut untuk menyelinap di antara kerumunan.
"Selamat pagi, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya, bla bla bla..." sang mahasiswa memberi sambutan sementara Hyora tengah asik mencari tempat yang pewe dan hup, akhirnya mendapat posisi yang amat nyaman yaitu paling belakang.
"...apa kalian tahu, jika saja saat memilih universitas saya diberi pilihan ganda, saya tidak akan bisa memilih karena pilihan saya pasti ke universitas ini,..." kata mahasiswa tersebut.
Hyora terasa tersengat arus listrik bertegangan tinggi. Meski sudah setahun berlalu, tapi suara berat ini tak akan pernah dia lupakan. Tapi dia tidak yakin, makanya dia berusaha melihat asal suara, tapi terhalang orang-orang di depannya. Akhirnya dia berdiri karena saking penasaran. Semua orang jadi menatap ke arahnya, termasuk mahasiswa yang kini sedang berdiri di depan podium, memberi sambutan, yang tengah tersenyum ke arahnya.
Tak terasa senyum termanis mengembang dari bibir mungil gadis itu sambil bertepuk tangan diikuti hadirin lainnya.
"Sekian pidato saya, terima kasih!" kata mahsiswa tersebut lalu turun podium dan menuju ke belakang aula ke arah Hyora, lalu memberikan gadis itu sebuah gulungan kertas seraya berucap "Lama tak jumpa, Nona!" kata lelaki tersebut seraya memberi senyuman flaming charismanya lalu keluar aula.
Hyora buru-buru membuat gulungan kertas yang sangat tidak asing baginya itu. Dengan debaran jantung yang sangat tidak beraturan gadis itu membaca perlahan tulisan di dalam kertas doa tersebut
P
e
r
m
o
h
o
n
a
n
Y
o
o
n
H
y
o
r
a
h
a
n
y
a
i
n
g
i
n
a
g
a
r
C
h
o
i
M
i
n
h
o
k
e
m
b
a
l
i
2 ♥♥♥:
WAH KERRRRRREEEEEEENNNNNN~~~ sangat-sangat keren deh,tapi aku mo nanya nih,cerita member SHINee yg lain gimana tuh *nunjuk onew,jonghyun,key n taemin oppa?*
hah lupain aja yak,mereka mah ga penting *digampar onew,jonghyun,key n taemin*
gomawo udah confirm fb aku ching...
oh yak mo promote nih,hehehe visit my blog yak >> imaginasfanfic94.wordpress.com
gomawo sebelumnya
jangan lupa lanjutin ff death notenya okey!! :D *reader banyak bacot*
seyji, thanks uda mampir lagi. Lain kali kasi link blog kamu ya chingu... >,< akhirnya ngasi tahu juga ayay ^^
Sekali lagi makasi uda dibaca FF ini ini ya,
aku segera menuju ke TKP ^^v
Post a Comment
Your comment is just like oxygen!