- Title: Special Gift for You
- Author : Lukita Qirotul Ayunin
This FF has a publication right from author. Plot and picture are not Taemin Forever's authority
Di tengah panasnya udara musim panas ini, semua orang terlihat santai menikmati minuman dingin dengan menyalakan kipas angin atau AC di ruangan mereka masing-masing. Termasuk di sebuah ruangan yang berisi lima pemuda yang masih berhubungan saudara ini. Lee Jinki atau yang akrab dipanggil Onew hyung oleh para dongsaengnya ini sedang tidur dengan santai di tempat tidurnya yang terletak di tengah-tengah tempat tidur lainnya, walaupun udara sangat panas namun ia tetap tidur dengan memakai selimut yang ia gunakan untuk menutup seluruh tubuhnya. Di sampingnya, ada seorang pemuda tampan dengan kaki yang panjang, Choi Minho si flaming charisma ini sedang asyik menjelajahi internet dengan hanphonenya mencari berita-berita terbaru tentang olahraga favoritnya yaitu sepak bola. Di atasnya dengan baju serba pink, seorang pemuda dengan tampang yang cukup jutek, Kim Ki Bum atau lebih sering dipanggil dengan sebutan Key ini sedang asyik melihat cermin dan menata rambutnya yang baginya adalah harta berharganya. Di sisi tempat tidur sebelah, seorang pemuda dengan tangan yang kekar berotot, Kim Jonghyun sedang asyik mendengarkan lagu menggunakan headphone bewarna biru sambil melatih vokalnya yang memang sudah TOP BGT. Di bawah ranjang Jonghyun si maknae, Lee Taemin malah terlihat sibuk dengan sebuah surat kabar yang terbeber lebar di sepanjang tempat tidurnya yang tidak cukup besar itu, ia terlihat sibuk membolak-balikkan surat kabar itu sambil sesekali menandai beberapa tulisan yang berjejer rapi di kolom-kolom surat kabar tersebut. Key yang tidak sengaja meliriknya menjadi penasaran dengan apa yang dilakukan dongsaeng tersayangnya itu.
“Yah, Taemin-aah apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa kau terlihat bingung begitu?” ucap Key sambil terus menata rambutnya.
Taemin yang sedang sibuk melihat-melihat isi surat kabar itu sepertinya tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh hyungnya sehingga ia sama sekali tidak mengucapkan sepata katapun. Merasa tidak dihiraukan Key menjadi cemberut dan melempar sebuah bantal ke arah Taemin yang malah sasaran mengenai Onew yang ada di samping Taemin.
“Aish, siapa yang melempar bantal ini?” ucap Onew sambil membuka selimutnya perlahan-lahan menampakkan wajahnya yang masih terlihat mengantuk dan tubuhnya yang penuh dengan keringat.
“Oh,mianhe hyung. Aku tidak sengaja, aku bermaksud melempar bantal pada Taeminie yang sedang sibuk itu,” ucap Key pada Onew sambil menunjuk ke arah Taemin yang masih tidak sadar ia sedang dibicarakan.
Onew menoleh ke arah Taemin yang terlihat masih sibuk dengan surat kabarnya, Onew membuka matanya yang sipit itu lebar-lebar untuk melihat Taemin dengan jelas. Ia merasa heran tidak biasanya Taemin seperti ini. Minho yang tidak sengaja mendengar percakapan para hyungnya itu pun ikut menoleh ke arah Taemin dan ikut merasa heran.
“Yah Ki Bumie, apa yang sedang dilakukan Taemin?” tanya Minho kepada Key yang berada di atasnya.
“Mullayo,” ucap Key sambil menggelengkan kepalanya.
“Yah Taemin-aah, apa yang sedang kau lakukan?” akhirnya Onewpun bertanya langsung pada Taemin yang ada di sampingnya itu.
Taemin masih belum bergeming, ia masih terlihat sibuk dengan surat kabar yang ada di tangannya itu. Onew yang melihat reaksi dongsaengnya ini menjadi sedikit kesal karena merasa tidak dihiraukan dan akhirnya iapun, “TAEMIN-AAH!!!” teriak Onew pada Taemin yang tidak hanya membuat Taemin kaget tapi Key dan Minhopun ikut kaget.
“Oh hyung, weoyo?” tanya Taemin polos tanpa dosa.
“Kau sudah ku panggil berkali-kali, tapi kenapa kau baru menoleh sekarang, aku sudah sangat kesal memanggilmu,” ucap Onew dengan wajah yang kesal namun tetap menggemaskan.
“Oh jongmalyo?” tanya Taemin yang masih belum merasa bersalah.
“Yah Taemin-aah, kau ini memang dasar!!” gumam Key kesal melihat reaksi Taemin yang terlihat sok polos itu.
“Memangnya apa yang sedang kau lakukan?” akhirnya Minho dengan gaya kalemnya bertanya pada Taemin.
“Ehm, aku sedang mencari kerja part time,” ucap Taemin singkat.
“Part time untuk apa?” tanya Key penasaran.
“Ehm, Rahasia,” ucap Taemin singkat sambil bangkit dari tempat tidurnya. “Aku pergi dulu dan mungkin aku akan pulang terlambat hyung,” ucap Taemin sebelum meninggalkan ruangan tersebut.
“Yah Taemin-aah, mau kemana kau?” teriak Key yang masih penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh dongsaengnya itu.
“Wah, kira-kira apa yang disembunyikan oleh Taemin yah?” tanya Onew pada dua dongsaengnya Minho dan Key.
“Mullayo,” ucap Minho dan Key bersamaan sambil menggelengkan kepala bersamaan kompak.
“Loh, Taemin kemana kok tiba-tiba menghilang?” tanya Jonghyon tiba-tiba sambil melepaskan headphone yang sedari tadi terpasang rapat di telinganya.
“Mullayo,” ucap Onew, Key, dan Minho secara bersamaan yang kemudian langsung melanjutkan kegiatan mereka sebelumnya masing-masing meninggalkan Jonghyun yang masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi.
*
Orang-orang terlihat sangat ramai berlalu lalang di sepanjang jalan di hari yang masih sangat panas ini. Wajah mereka terlihat sangat lesuh mungkin karena terlalu lelah beraktivitas di hari yang sangat panas. Kota Seoul tak pernah sepanas ini, banyak orang jadi berfikir mungkin cuaca yang sangat panas ini akibat pengaruh global warming yang belakang ini marak dibicarakan oleh masyarakat global. Akan tetapi Taemin sepertinya tidak merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan kebanyakan warga di Kota Seoul, ia terlihat sangat sumringah sekali begitu melihat sebuah restoran cepat saji yang bertuliskan MEXICANA. Dengan senyum yang tersungging di wajahnya iapun masuk ke dalam restoran itu dan menemui seorang wanita berumur dua puluh-an yang sepertinya adalah seorang manager di restoran itu. Wajah Taemin tampak semakin bersinar ketika ia dengan cepat langsung di terima menjadi pegawai part time di restoran tersebut.
Taemin segera mengganti bajunya dengan baju seragam pegawai restoran tersebut, ia terlihat masih sangat tampan walaupun berada dalam balutan baju seorang pegawai restoran. Ia meletakkan baju yang tadi ia pakai disebuah loker yang mulai sekarang menjadi lokernya,ia kemudian melihat handphonenya dan mengamati sebuah foto yang terpampang menjadi wallpaper di hanphonenya tersebut, sebuah fotonya dengan seorang gadis yang sangat berarti untuknya.
“Gomawo Seulyoung-aah,” gumamnya sambil melihat foto itu. Pikiran Taemin jadi melayang pada setengah tahun yang lalu sebelum ia bertemu dengan Seulyoung, ia adalah seorang pelajar biasa yang sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari para temannya karena itu ia menjadi seseorang yang penyendiri dan tidak punya teman. Ia selalu menghabiskan banyak waktunya sendiri di pojok kelas, sampai Seulyoung seorang murid baru yang ceria berani menyapanya dan berteman dengannya. Seulyoung baginya adalah sebuah sinar di harinya yang gelap dan kelam di kehidupan remajanya yang berat dan seminggu yang lalu ia menemukan agenda Seulyoung. Ia jadi tahu bahwa sebentar lagi adalah hari ulang tahun Seulyong, ia ingin memberikan seseuatu untuk Seulyong yang sudah menjadi orang yang berarti baginya, maka dari itu sekarang ia relah menjadi pegawai part time untuk mengumpulkan uang.
“Taemin-aah, apa yang kau lakukan? Cepat bersiap, sudah mulai banyak tamu nih!” ucap seorang lelaki mudah dengan pakaian yang mirip dengan pakaian yang dipakai Taemin.
“Nea, aku akan segera ke sana,” ucap Taemin sambil meletakkan handphonenya itu di dalam loker kemudain merapikan pakaiannya dan menyematkan topi pegawai bewarna kuning jingga di kepalanya.
Kesibukan di restoran cepat saji ini mulai terlihat, para pengunjung datang secara bergantian maklum saat ini adalah jam makan siang, jam dimana para pekerja yang lelah sejenak bersantai sambil mengisi perut mereka yang lapar. Taemin dengan baju seragam menjadi pelayan yang bertugas menerima pesanan dari pengunjung bersama dengan beberapa pegawai lain. Taemin terlihat sangat bersemangat, ia melayani pengungjung dengan senyum yang manis yang mungkin mampu membuat para pengunjung wanita sejenak lupa dengan apa yang hendak ia pesan.
Setelah beberapa jam melayani pengunjung yang silih berganti, tiba-tiba sesuatu yang tidak terduga terjadi. “Taemin?” suara seorang gadis yang tidak asing di telinga Taemin tiba-tiba membuat hati Taemin seakan hendak lompat karena kagetnya.
“Seulyoung?” ucap Taemin yang masih kaget.
“Sedang apa kau disini? Kau bekerja disini?” tanya Seulyoung bertubi-tubi ketika ia sudah berada di dekat Taemin.
“Nae,” ucap Taemin singkat sambil menyembunyikan wajahnya yang terlihat malu.
“Untuk apa? Apa kau ingin membeli sesuatu?” tanya Seulyoung yang masih heran melihat sahabatnya menjadi pegawai part time.
“Ani, aku hanya sedang menghabiskan waktu luangku saja,” ucap Taemin sambil tersenyum ganjil.
“Oh, aku pikir kamu ingin membeli sesuatu, kenapa kau tidak bilang-bilang kalau kau kerja disini?”
“Aku baru saja kepikiran, jadi tidak sempat bilang ke kamu. Kau mau pesan apa?” tanya Taemin berusaha mengalihkan perhatian.
“Ehm.... Aku mau pesan chiken deluxe sama orange juice saja deh,” ucap Seulyoung setelah melihat beberapa menu.
“Baiklah, totalnya sepuluh ribu won,” ucap Taemin sambil tersenyum selayaknya melayani tamu lainnya.
“Wow, kau sudah terlihat seperti pelayan profesional saja,” ucap Seulyoung tertawa kecil.
“Gomawo,” ucap Taemin senang. Walaupun ia kaget melihat Seulyoung berada di restoran tempat ia bekerja, tapi ia sangat senang bisa melihat gadis kecil ini.
*
Sudah dua minggu Taemin bekerja sebagai pegawai part time di restoran cepat saji, sekarang ia sudah mengumpulkan uang sebenyak seratus lima puluh ribu won ditambah dengan uang tambungannya jumlah menjadi dua ratus lima puluh ribu won. Ia hendak membeli sebuah kalung yang dulu sempat dilirik oleh Seulyoung ketika mereka sedang jalan-jalan. Seulyoung tidak bilang kalau menginginkan kalung itu tapi mata Seulyoung selalu tampak bersinar ketika memandangnya, jadi Taemin bisa memastikan kalau Seulyoung pasti menginginkan kalung tersebut.
Taemin berjalan di mengelilingi Dongdaemum, mall yang pernah dikunjunginya bersama dengan Seulyoung tempat dimana Seulyoung melihat kalung tersebut. Taemin berusaha mengingat dimana ia dan Seulyoung melihat kalung itu, setelah berkeliling beberapa menit akhirnya Taemin berhasil menemukan toko tersebut. Ia dapat melihat kalung tersebut sedang terpajang indah di etalese toko tersebut.
“Noona, aku mau kalung itu,” tiba-tiba seorang lelaki dengan wajah imut menunjuk kalung yang sedari tadi diamati oleh Taemin.
“Nae, harganya seratus lima puluh ribu won,” ucap seorang wanita yang tadi dipanggil Noona oleh pemuda itu.
“Nae, tolong bungkus dengan rapi ya?” ucap pemuda itu.
“Nae, ini silakan,” ucap wanita itu sambil menyerahkan bungkusan rapi berisi kalung indah itu yang langsung diterima oleh pemuda tersebut. “Kamsahabnida,” ucap wanita itu sebelum pemuda tersebut berlalu.
Taemin yang sedari tadi berdiri hanya melihat saja sampai ia disapa oleh wanita yang tadi melayani pemuda tersebut, “Tuan mau membeli apa?”
“Oh, saya mau membeli kalung seperti yang tadi dibeli oleh pemuda itu,” ucap Taemin sambil berusaha menunjuk pemuda yang baru saja berlalu itu.
“Seusanghabnida, tapi itu adalah kalung yang terakhir stock kami untuk kalung itu sudah habis. Saya sarankan anda untuk membeli kalung yang ini, kalung ini tidak kalah indah dari kalung tadi,” ucap wanita tersebut panjang lebar, berusaha menarik perhatian Taemin pada kalung lain.
“Seusanghabnida tapi saya hanya ingin kalung itu,” ucap Taemin sambil berlalu dari toko tersebut.
Taemin keluar dari toko tersebut dengan rasa kecewa, namun ia tidak mau menyerah ia ingin mendapat kalung yang sangat diinginkan Seulyoung itu. Ia menjelajahi beberapa toko perhiasan berharap dapat menemukan kalung dengan model yang sama, akan tetapi ternyata usahanya sia-sia. Ia sudah mengelilingi Dongdaemum selama dua jam penuh namun ia masih belum dapat menemukan kalung yang ia cari-cari itu, ia merasa sangat putus asa andai saja ia bergerak lebih cepat ia tidak akan keduluan dengan pemuda itu. Sekarang ia hanya bisa berharap dapat bertemu dengan pemuda itu dan memohon supaya mau memberikan kalung tersebut padanya.
Sepertinya Tuhan mendengar doa Taemin, belum sampai lima menit Taemin berharap dapat bertemu dengan pemuda tadi sekarang ia bisa melihat pemuda yang ia temui di toko perhiasan itu sedang makan berdiri di depan lift, melihat kesempatan ini dengan gesit Taemin segera menghampiri pemuda tersebut.
“Anyonghaseyo,” sapa Taemin pada pemuda itu.
“Anyonghaseyo,” pemuda tersebut membalas sapaan Taemin dengan muka yang sedikit curiga.
“Perkanalkan manaku Taemin, Lee Taemin” ucap Taemin sambil mengulurkan tangannya.
“Nae, namaku Dongho,” ucap Pemuda yang ternyata bernama Dongho itu sambil menerima uluran tangan Taemin. “Ada perlu apa ya?” tanya Dongho yang terlihat masih curiga pada sifat Taemin yang tiba-tiba saja mengajaknya berkenalan.
“Ehm, aku ingin minta tolong padamu. Aku harap kamu bisa membantuku,” ucap Taemin sambil tersenyum memohon.
“Apa yang bisa kubantu?” tanya Dongho.
“Bisa kah kau memberi kalung itu padaku, tentunya aku akan menggantinya dengan uang,” ucap Taemin memohon.
“Seusanghabnida, aku tidak bisa melakukannya. Ini adalah kado untuk seseorang aku tidak bisa menukarnya dengan uang,” ucap Dongho yang kemudian masuk ke dalam lift.
“Jakamalyo,” ucap Taemin berusaha menahan Dongho dan masuk ke dalam lift menyusul Dongho.
“Aku mohon padamu, hari ini adalah hari ulang tahun seseorang yang spesial untukku dan aku ingin memberikan sesuatu yang spesial pulah untuknya,” jelas Taemin panjang lebar berharap Dongho akan bersimpati padanya.
“Seusanghabnida, tapi aku juga dalam keadaan yang sama sepertimu,” ucap Dongho masih belum bergeming.
“Aku mohon, aku akan membelinya dengan harga seratus tujuh puluh lima won, gimana?” ucap Taemin berusaha membuat penawaran.
“Seusanghabnida, sekali lagi aku tidak bisa,” ucap Dongho masih teguh pada pendiriannya.
“Baiklah, bagaiaman kalau dua ratus ribu? Ani, aku akn memberimu dua ratus lima puluh ribu won? Bagaimana?” ucap Taemin, ia sudah putus asa jadi apapun akan dia lakukan bahkan walaupun harus menyerahkan seluruh uang yang ada di dalam dompetnya.
“Ehm...” Dongho terlihat berpikir.
“Aku mohon,” ucap Taemin memohon.
“Baiklah, aku akan memberikannya padamu,” akhirnya kata-kata yang telah ditunggu Taemin keluar juga dari mulut Dongho.
“Kamsahabnida, kamsahabnida,” ucap Taemin berkali-kali, ia sangat berterima kasih bisa mendapatkan kalung tersebut walaupun harus bersusa payah terlebih dahulu.
Donghopun menyerahkan kalung tersebut meskipun dengan sedikit ragu-ragu dan Taeminpun menyerahkan seluruh uang yang ada di dompetnya. Akhirnya Taeminpun dapat keluar dari Dongdaemum dengan hati yang senang, namun ia teringat sesuatu. “Aku sama sekali tidak punya uang, bagaimana aku pulang ke rumah?” gumamnya.
*
Matahari sudah muali terbenam, dan langit gelappun sudah mulai menyelimuti kota Seoul. Seluruh lampu kini sudah mulai dinyalahkan untuk menerangi malam gelap ini. Taemin masih berjalan di sepanjang jalanan Seoul sambil terus mengenggam handphonenya berusaha untuk menghubungi hyungnya untuk meminta bantuan. Ini sudah lebih dari dua jam Taemin berusaha menghubungi hyungnya namun ia sama sekali tidak dapat mendengarkan jawabannya yang ia dengar malah suara seorang perempuan yang kini tersasa sangat menganggunya.
“Mereka semua kemana sih?” gumam Taemin kesal, ia terus berjalan sambil sesekali menendangi kerikil yang berada di jalan untuk sekedar melepas rasa kesalnya.
Jarak apartemantnya dari Dongdaemum mall sangatlah jauh sehingga ia kini harus berjalan sangat jauh, ia tidak berani menaiki taxi karena ia sama sekali tidak punya uang dan ia tidak yakin para hyungnya sekarang sedang ada di rumah atau tidak. Ia memang merasa lelah, tapi ia juga merasa lega karena akhirnya dapat membelikan hadiah yang spesial untuk Seulyoung. Entah mengapa ia merasa sangat aneh mau melakukan semua ini hanya untuk gadis yang baru enam bulan ini ia kenal.
Taemin melihat handphonenya dan melihat angka yang terdapat pada layar handphonenya, “Wah, sudah jam segini, aku harus cepat sampai apartement dan langsung ke rumah Seulyoung,” gumam Taemin yang kemudian berlari mengejar waktu.
*
Sudah empat jam Taemin berjalan dan hampir setengah perjalannya ia habiskan dengan berlari, badannya kini sudah penuh keringat yang mungkin akan tercium walau dari radius seratus meter. Taemin merasa lega sudah berada di depan gedung apartementnya, ia meregangkan kakinya sebelum masuk ke dalam gedung apartement, ia merasa sangat lelah.
Setelah meregangkan ototnya beberapa menit akhirnya Taemin masuk ke dalam gedung apartementnya dan langsung menuju ke lift yang sering ia gunakan untuk menuju ruangannya. Namun ia langsung merasa kecewa ketika ia telah sampai di depan lift yang bertuliskan “MAAF SEDANG ADA PERBAIKAN”. Entah setan apa yang sedari tadi mengikutinya sehingga kini ia terus saja mengalami berbagai kesialan seperti ini. Taemin dengan badan yang lesuh, akhirnya berjalan menuju tangga, sekarang ia harus menaiki tangga untuk mencapai apartementnya yang berada di lantai sebelas.
“Ah...” Taemin mengelah nafas ketika ia mengenok panjangnya tangga di gedung apartementnya itu.
Dengan penuh berjuangan dan sisa tenaga yang ia miliki, Taemin berusaha menaiki anak tangga satu persatu. Ia merasa sangat menderita hari ini, untung saja di tangannya masih sebuah bungkusan hadiah untuk Seulyoung yang setidaknya bisa sedikit mengurangi rasa lelah dan kesalnya.
Setelah menaiki tangga selama setengah jam menaiki tangga akhirnya Taemin sampai juga di depan apartementnya, ia merasa sangat lega. Ia menekan beberapa angka untuk memasukkan kode yang digunakan untuk memasuki apartementnya. Ia membuka pintu apartemntnya perlahan-lahan dan tiba-tiba...
“Saengil chukkae!!!!” sebuah teriakan menggema di telinga Taemin. Taemin terlihat sangat bingung, ia bingung mengapa para hyungnya berteriak mengucapkan selamat ulang tahun padanya apa hari ini adalah hari ulang tahunnya? Ia terus bertanya dalam hati, dan hal yang paling membuatnya terkejut adalah ia melihat seorang wanita datang mendekat ke arahnya sambil membawa sebuah kue ulang tahun dengan berhiaskan lilin dengan angka sembilan belas.
“Saengilchukkae,” ucap Seulyoung sambil mendekatkan kue ulang tahunnya ke Taemin.
“Mwo? Aku hari ini ulang tahun?” tanya Taemin bingung.
“Kau bagaimana sih, sekarangkan tanggal 18 Juli,” ucap Seulyoung sedikit bingung dengan reaksi Taemin.
“Aku pikir sekarang hari ulang tahunmu,” ucap Taemin polos.
“Hahahahaha, bagaimana mungkin kau mengira hari ulang tahunmu sebagai hari ulang tahunku, kau ini sangat aneh,” ucap Seulyoung tertawa.
“Yah Taemin-aah, cepat tiup lilinnya,” ucap para hyungnya yang berada di belakang Seulyoung.
“Oh nae,” ucap Taemin yang masih terlihat bingung dan kemudian meniup lilinnya.
*
“Jadi kau melihat agendaku dan menyangka hari itu adalah ulang tahunku?” tanya Seulyoung pada Taemin ketika mereka berada di sebuah bangku di taman dekat gedung apartement Taemin.
“Nae,” ucap Taemin polos.
“Hahahaha, itu tanda untuk hari ulang tahunmu, lagipula bagaimana kau bisa lupa dengan hari ulang tahunmu sendiri?” tanya Seulyoung heran.
“Entahlah, aku hanya lupa,” ucap Taemin polos.
“Hahahaha, kau benar-benar lucu,” ucap Seulyoung tertawa.
“Sudahlah, berhentilah tertawa aku hanya sedang lupa saja,” ucap Taemin sambil menahan malu,namun itu malah membuat Seulyoung semakin tertawa. “Oh ya, aku punya sesuatu untukmu,” ucap Taemin yang membuat tawa Seulyoung tiba-tiba terhenti.
“Ini, bukalah,” ucap Taemin menunjukkan sebuah kotak kecil pada Seulyoung.
“Apa ini?” ucap Seulyoung penasaran.
“Bukalah saja,” ucap Taemin tersenyum.
“Baiklah,” ucap Seulyoung sambil membuka kotak tersebut perlahan. “Wow,” ucap Seulyoung kaget ketika melihat sebuah kalung yang ia inginkan ada di kotak tersebut.
“Aku pernah melihatmu melirik kalung itu, jadi aku pikir kau pasti menginginkannya,” ucap Taemin tersesenyum.
“Ah, ini indah sekali. Tapi bagaimana kamu bisa membeli ini? Jangan-jangan kau kerja part time untuk ini?” tanya Seulyoung kaget yang langsung ditimpali dengan anggukan oleh Taemin.
Seulyoung terlihat berkaca-kaca, ia tidak mampu menahan harunya mendapat hadiah seindah ini,”Gomawoyo,” ucap Seulyoung sambil menitikkan air mata.
“Wah, mengapa kau jadi menangis, sudah jangan menangis lagi sini aku pakaikan kalung ini untuk kamu,” ucap Taemin yang langsung mengambil kalung tersebut dari kotaknya dan kemudian memasangkan di leher Seulyoung.
“Aku juga punya sesuatu untukmu,” ucap Seulyoung begitu Taemin selesai memasangkan kalung tersebut di leher Seulyoung.
“Apa?” tanya Taemin penasaran.
“Ini,” Seulyoung mengeluarkan sebuah kotak yang dibungkus kertas kado bewarna biru dari dalam tasnya.
“Apa ini?” ucap Taemin sambil menyelidik kotak tersebut.
“Bukalah,” perintah Seulyoung sambil tersenyum.
Taemin membuka kado tersebut perlahan-perlahan, “Wow, ini kan CD Michael Jakson yang sudah tidak di produksi lagi?” ucap Taemin senang.
“Iya, waktu aku ke restorant cepat saji dan bertemu kamu sebenarnya aku mau melamar pekerjaan sebagai pegawai part time,tapi karena kamu juga bekerja disana aku tidak jadi kesana dan aku akhirnya bekerja menjadi pelayan di sebuah toko CD. Majikanku sangat baik sekali, ketika aku bercerita tentang kamu yang sangat suka Micheal Jakson ia memberikanku sebuah CD Micheal Jaskon ini padaku,” cerita Seulyoung panjang lebar pada Taemin.
“Wow,” ucap Taemin senang.
“Maaf, aku hanya bisa memberimu ini, aku bermaksud memberimu lebih dari itu tapi..” ucapan Seulyoung langsung dipotong oleh Taemin dengan sebuah tanda jari telunjuk yang meminta untuk berhenti.
“Ini sudah merupakan hadiah yang spesial untukku, menurutku tidak penting seberapa mahal hadiah yang kau berikan untukku, karena hadiah yang sebenarnya adalah kau yang selalu mendukungku dan bersamaku, aku sangat senang menerima hadiah sahabat sepertimu,” ucap Taemin sambil tersenyum.
“Yah, sedari tadi kami disini menunggu kalian untuk berciuman tapi mengapa sangat lama sekali!!” tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Taemin dan Seulyoung.
“Key-hyung??” ucap Taemin kaget melihat hyungnya tiba-tiba muncul. “Yah,Minho-hyung, Onew-hyung,Jonghyun-hyung,” ucap Taemin semakin kaget melihat tiga hyung lainnya juga ada di balik semak-semak.
“Anyong,” ucap Jonghyun sambil tertawa kecil.
“Ki Bumie, apa yang kau lakukan? Kita jadi gagal mengintip kan?” ucap Minho kesal pada Key.
“Habisnya mereka lama sekali, aku jadi kesal,” ucap Key kesal.
“Jadi hyung dari tadi mengintip kami disini?” tanya Taemin yang masih kaget melihat tingkah hyung-hyungnya itu.
“Nae,” ucap Onew sambil mengangguk.
“Yah hyung, kalian ini dasar!!” ucap Taemin marah sambil mengejar para hyungnya yang telah berlari terbirit-birit.
Taemin POV END
Taemin yang sedang sibuk melihat-melihat isi surat kabar itu sepertinya tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh hyungnya sehingga ia sama sekali tidak mengucapkan sepata katapun. Merasa tidak dihiraukan Key menjadi cemberut dan melempar sebuah bantal ke arah Taemin yang malah sasaran mengenai Onew yang ada di samping Taemin.
“Aish, siapa yang melempar bantal ini?” ucap Onew sambil membuka selimutnya perlahan-lahan menampakkan wajahnya yang masih terlihat mengantuk dan tubuhnya yang penuh dengan keringat.
“Oh,mianhe hyung. Aku tidak sengaja, aku bermaksud melempar bantal pada Taeminie yang sedang sibuk itu,” ucap Key pada Onew sambil menunjuk ke arah Taemin yang masih tidak sadar ia sedang dibicarakan.
Onew menoleh ke arah Taemin yang terlihat masih sibuk dengan surat kabarnya, Onew membuka matanya yang sipit itu lebar-lebar untuk melihat Taemin dengan jelas. Ia merasa heran tidak biasanya Taemin seperti ini. Minho yang tidak sengaja mendengar percakapan para hyungnya itu pun ikut menoleh ke arah Taemin dan ikut merasa heran.
“Yah Ki Bumie, apa yang sedang dilakukan Taemin?” tanya Minho kepada Key yang berada di atasnya.
“Mullayo,” ucap Key sambil menggelengkan kepalanya.
“Yah Taemin-aah, apa yang sedang kau lakukan?” akhirnya Onewpun bertanya langsung pada Taemin yang ada di sampingnya itu.
Taemin masih belum bergeming, ia masih terlihat sibuk dengan surat kabar yang ada di tangannya itu. Onew yang melihat reaksi dongsaengnya ini menjadi sedikit kesal karena merasa tidak dihiraukan dan akhirnya iapun, “TAEMIN-AAH!!!” teriak Onew pada Taemin yang tidak hanya membuat Taemin kaget tapi Key dan Minhopun ikut kaget.
“Oh hyung, weoyo?” tanya Taemin polos tanpa dosa.
“Kau sudah ku panggil berkali-kali, tapi kenapa kau baru menoleh sekarang, aku sudah sangat kesal memanggilmu,” ucap Onew dengan wajah yang kesal namun tetap menggemaskan.
“Oh jongmalyo?” tanya Taemin yang masih belum merasa bersalah.
“Yah Taemin-aah, kau ini memang dasar!!” gumam Key kesal melihat reaksi Taemin yang terlihat sok polos itu.
“Memangnya apa yang sedang kau lakukan?” akhirnya Minho dengan gaya kalemnya bertanya pada Taemin.
“Ehm, aku sedang mencari kerja part time,” ucap Taemin singkat.
“Part time untuk apa?” tanya Key penasaran.
“Ehm, Rahasia,” ucap Taemin singkat sambil bangkit dari tempat tidurnya. “Aku pergi dulu dan mungkin aku akan pulang terlambat hyung,” ucap Taemin sebelum meninggalkan ruangan tersebut.
“Yah Taemin-aah, mau kemana kau?” teriak Key yang masih penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh dongsaengnya itu.
“Wah, kira-kira apa yang disembunyikan oleh Taemin yah?” tanya Onew pada dua dongsaengnya Minho dan Key.
“Mullayo,” ucap Minho dan Key bersamaan sambil menggelengkan kepala bersamaan kompak.
“Loh, Taemin kemana kok tiba-tiba menghilang?” tanya Jonghyon tiba-tiba sambil melepaskan headphone yang sedari tadi terpasang rapat di telinganya.
“Mullayo,” ucap Onew, Key, dan Minho secara bersamaan yang kemudian langsung melanjutkan kegiatan mereka sebelumnya masing-masing meninggalkan Jonghyun yang masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi.
*
Orang-orang terlihat sangat ramai berlalu lalang di sepanjang jalan di hari yang masih sangat panas ini. Wajah mereka terlihat sangat lesuh mungkin karena terlalu lelah beraktivitas di hari yang sangat panas. Kota Seoul tak pernah sepanas ini, banyak orang jadi berfikir mungkin cuaca yang sangat panas ini akibat pengaruh global warming yang belakang ini marak dibicarakan oleh masyarakat global. Akan tetapi Taemin sepertinya tidak merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan kebanyakan warga di Kota Seoul, ia terlihat sangat sumringah sekali begitu melihat sebuah restoran cepat saji yang bertuliskan MEXICANA. Dengan senyum yang tersungging di wajahnya iapun masuk ke dalam restoran itu dan menemui seorang wanita berumur dua puluh-an yang sepertinya adalah seorang manager di restoran itu. Wajah Taemin tampak semakin bersinar ketika ia dengan cepat langsung di terima menjadi pegawai part time di restoran tersebut.
Taemin segera mengganti bajunya dengan baju seragam pegawai restoran tersebut, ia terlihat masih sangat tampan walaupun berada dalam balutan baju seorang pegawai restoran. Ia meletakkan baju yang tadi ia pakai disebuah loker yang mulai sekarang menjadi lokernya,ia kemudian melihat handphonenya dan mengamati sebuah foto yang terpampang menjadi wallpaper di hanphonenya tersebut, sebuah fotonya dengan seorang gadis yang sangat berarti untuknya.
“Gomawo Seulyoung-aah,” gumamnya sambil melihat foto itu. Pikiran Taemin jadi melayang pada setengah tahun yang lalu sebelum ia bertemu dengan Seulyoung, ia adalah seorang pelajar biasa yang sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari para temannya karena itu ia menjadi seseorang yang penyendiri dan tidak punya teman. Ia selalu menghabiskan banyak waktunya sendiri di pojok kelas, sampai Seulyoung seorang murid baru yang ceria berani menyapanya dan berteman dengannya. Seulyoung baginya adalah sebuah sinar di harinya yang gelap dan kelam di kehidupan remajanya yang berat dan seminggu yang lalu ia menemukan agenda Seulyoung. Ia jadi tahu bahwa sebentar lagi adalah hari ulang tahun Seulyong, ia ingin memberikan seseuatu untuk Seulyong yang sudah menjadi orang yang berarti baginya, maka dari itu sekarang ia relah menjadi pegawai part time untuk mengumpulkan uang.
“Taemin-aah, apa yang kau lakukan? Cepat bersiap, sudah mulai banyak tamu nih!” ucap seorang lelaki mudah dengan pakaian yang mirip dengan pakaian yang dipakai Taemin.
“Nea, aku akan segera ke sana,” ucap Taemin sambil meletakkan handphonenya itu di dalam loker kemudain merapikan pakaiannya dan menyematkan topi pegawai bewarna kuning jingga di kepalanya.
Kesibukan di restoran cepat saji ini mulai terlihat, para pengunjung datang secara bergantian maklum saat ini adalah jam makan siang, jam dimana para pekerja yang lelah sejenak bersantai sambil mengisi perut mereka yang lapar. Taemin dengan baju seragam menjadi pelayan yang bertugas menerima pesanan dari pengunjung bersama dengan beberapa pegawai lain. Taemin terlihat sangat bersemangat, ia melayani pengungjung dengan senyum yang manis yang mungkin mampu membuat para pengunjung wanita sejenak lupa dengan apa yang hendak ia pesan.
Setelah beberapa jam melayani pengunjung yang silih berganti, tiba-tiba sesuatu yang tidak terduga terjadi. “Taemin?” suara seorang gadis yang tidak asing di telinga Taemin tiba-tiba membuat hati Taemin seakan hendak lompat karena kagetnya.
“Seulyoung?” ucap Taemin yang masih kaget.
“Sedang apa kau disini? Kau bekerja disini?” tanya Seulyoung bertubi-tubi ketika ia sudah berada di dekat Taemin.
“Nae,” ucap Taemin singkat sambil menyembunyikan wajahnya yang terlihat malu.
“Untuk apa? Apa kau ingin membeli sesuatu?” tanya Seulyoung yang masih heran melihat sahabatnya menjadi pegawai part time.
“Ani, aku hanya sedang menghabiskan waktu luangku saja,” ucap Taemin sambil tersenyum ganjil.
“Oh, aku pikir kamu ingin membeli sesuatu, kenapa kau tidak bilang-bilang kalau kau kerja disini?”
“Aku baru saja kepikiran, jadi tidak sempat bilang ke kamu. Kau mau pesan apa?” tanya Taemin berusaha mengalihkan perhatian.
“Ehm.... Aku mau pesan chiken deluxe sama orange juice saja deh,” ucap Seulyoung setelah melihat beberapa menu.
“Baiklah, totalnya sepuluh ribu won,” ucap Taemin sambil tersenyum selayaknya melayani tamu lainnya.
“Wow, kau sudah terlihat seperti pelayan profesional saja,” ucap Seulyoung tertawa kecil.
“Gomawo,” ucap Taemin senang. Walaupun ia kaget melihat Seulyoung berada di restoran tempat ia bekerja, tapi ia sangat senang bisa melihat gadis kecil ini.
*
Sudah dua minggu Taemin bekerja sebagai pegawai part time di restoran cepat saji, sekarang ia sudah mengumpulkan uang sebenyak seratus lima puluh ribu won ditambah dengan uang tambungannya jumlah menjadi dua ratus lima puluh ribu won. Ia hendak membeli sebuah kalung yang dulu sempat dilirik oleh Seulyoung ketika mereka sedang jalan-jalan. Seulyoung tidak bilang kalau menginginkan kalung itu tapi mata Seulyoung selalu tampak bersinar ketika memandangnya, jadi Taemin bisa memastikan kalau Seulyoung pasti menginginkan kalung tersebut.
Taemin berjalan di mengelilingi Dongdaemum, mall yang pernah dikunjunginya bersama dengan Seulyoung tempat dimana Seulyoung melihat kalung tersebut. Taemin berusaha mengingat dimana ia dan Seulyoung melihat kalung itu, setelah berkeliling beberapa menit akhirnya Taemin berhasil menemukan toko tersebut. Ia dapat melihat kalung tersebut sedang terpajang indah di etalese toko tersebut.
“Noona, aku mau kalung itu,” tiba-tiba seorang lelaki dengan wajah imut menunjuk kalung yang sedari tadi diamati oleh Taemin.
“Nae, harganya seratus lima puluh ribu won,” ucap seorang wanita yang tadi dipanggil Noona oleh pemuda itu.
“Nae, tolong bungkus dengan rapi ya?” ucap pemuda itu.
“Nae, ini silakan,” ucap wanita itu sambil menyerahkan bungkusan rapi berisi kalung indah itu yang langsung diterima oleh pemuda tersebut. “Kamsahabnida,” ucap wanita itu sebelum pemuda tersebut berlalu.
Taemin yang sedari tadi berdiri hanya melihat saja sampai ia disapa oleh wanita yang tadi melayani pemuda tersebut, “Tuan mau membeli apa?”
“Oh, saya mau membeli kalung seperti yang tadi dibeli oleh pemuda itu,” ucap Taemin sambil berusaha menunjuk pemuda yang baru saja berlalu itu.
“Seusanghabnida, tapi itu adalah kalung yang terakhir stock kami untuk kalung itu sudah habis. Saya sarankan anda untuk membeli kalung yang ini, kalung ini tidak kalah indah dari kalung tadi,” ucap wanita tersebut panjang lebar, berusaha menarik perhatian Taemin pada kalung lain.
“Seusanghabnida tapi saya hanya ingin kalung itu,” ucap Taemin sambil berlalu dari toko tersebut.
Taemin keluar dari toko tersebut dengan rasa kecewa, namun ia tidak mau menyerah ia ingin mendapat kalung yang sangat diinginkan Seulyoung itu. Ia menjelajahi beberapa toko perhiasan berharap dapat menemukan kalung dengan model yang sama, akan tetapi ternyata usahanya sia-sia. Ia sudah mengelilingi Dongdaemum selama dua jam penuh namun ia masih belum dapat menemukan kalung yang ia cari-cari itu, ia merasa sangat putus asa andai saja ia bergerak lebih cepat ia tidak akan keduluan dengan pemuda itu. Sekarang ia hanya bisa berharap dapat bertemu dengan pemuda itu dan memohon supaya mau memberikan kalung tersebut padanya.
Sepertinya Tuhan mendengar doa Taemin, belum sampai lima menit Taemin berharap dapat bertemu dengan pemuda tadi sekarang ia bisa melihat pemuda yang ia temui di toko perhiasan itu sedang makan berdiri di depan lift, melihat kesempatan ini dengan gesit Taemin segera menghampiri pemuda tersebut.
“Anyonghaseyo,” sapa Taemin pada pemuda itu.
“Anyonghaseyo,” pemuda tersebut membalas sapaan Taemin dengan muka yang sedikit curiga.
“Perkanalkan manaku Taemin, Lee Taemin” ucap Taemin sambil mengulurkan tangannya.
“Nae, namaku Dongho,” ucap Pemuda yang ternyata bernama Dongho itu sambil menerima uluran tangan Taemin. “Ada perlu apa ya?” tanya Dongho yang terlihat masih curiga pada sifat Taemin yang tiba-tiba saja mengajaknya berkenalan.
“Ehm, aku ingin minta tolong padamu. Aku harap kamu bisa membantuku,” ucap Taemin sambil tersenyum memohon.
“Apa yang bisa kubantu?” tanya Dongho.
“Bisa kah kau memberi kalung itu padaku, tentunya aku akan menggantinya dengan uang,” ucap Taemin memohon.
“Seusanghabnida, aku tidak bisa melakukannya. Ini adalah kado untuk seseorang aku tidak bisa menukarnya dengan uang,” ucap Dongho yang kemudian masuk ke dalam lift.
“Jakamalyo,” ucap Taemin berusaha menahan Dongho dan masuk ke dalam lift menyusul Dongho.
“Aku mohon padamu, hari ini adalah hari ulang tahun seseorang yang spesial untukku dan aku ingin memberikan sesuatu yang spesial pulah untuknya,” jelas Taemin panjang lebar berharap Dongho akan bersimpati padanya.
“Seusanghabnida, tapi aku juga dalam keadaan yang sama sepertimu,” ucap Dongho masih belum bergeming.
“Aku mohon, aku akan membelinya dengan harga seratus tujuh puluh lima won, gimana?” ucap Taemin berusaha membuat penawaran.
“Seusanghabnida, sekali lagi aku tidak bisa,” ucap Dongho masih teguh pada pendiriannya.
“Baiklah, bagaiaman kalau dua ratus ribu? Ani, aku akn memberimu dua ratus lima puluh ribu won? Bagaimana?” ucap Taemin, ia sudah putus asa jadi apapun akan dia lakukan bahkan walaupun harus menyerahkan seluruh uang yang ada di dalam dompetnya.
“Ehm...” Dongho terlihat berpikir.
“Aku mohon,” ucap Taemin memohon.
“Baiklah, aku akan memberikannya padamu,” akhirnya kata-kata yang telah ditunggu Taemin keluar juga dari mulut Dongho.
“Kamsahabnida, kamsahabnida,” ucap Taemin berkali-kali, ia sangat berterima kasih bisa mendapatkan kalung tersebut walaupun harus bersusa payah terlebih dahulu.
Donghopun menyerahkan kalung tersebut meskipun dengan sedikit ragu-ragu dan Taeminpun menyerahkan seluruh uang yang ada di dompetnya. Akhirnya Taeminpun dapat keluar dari Dongdaemum dengan hati yang senang, namun ia teringat sesuatu. “Aku sama sekali tidak punya uang, bagaimana aku pulang ke rumah?” gumamnya.
*
Matahari sudah muali terbenam, dan langit gelappun sudah mulai menyelimuti kota Seoul. Seluruh lampu kini sudah mulai dinyalahkan untuk menerangi malam gelap ini. Taemin masih berjalan di sepanjang jalanan Seoul sambil terus mengenggam handphonenya berusaha untuk menghubungi hyungnya untuk meminta bantuan. Ini sudah lebih dari dua jam Taemin berusaha menghubungi hyungnya namun ia sama sekali tidak dapat mendengarkan jawabannya yang ia dengar malah suara seorang perempuan yang kini tersasa sangat menganggunya.
“Mereka semua kemana sih?” gumam Taemin kesal, ia terus berjalan sambil sesekali menendangi kerikil yang berada di jalan untuk sekedar melepas rasa kesalnya.
Jarak apartemantnya dari Dongdaemum mall sangatlah jauh sehingga ia kini harus berjalan sangat jauh, ia tidak berani menaiki taxi karena ia sama sekali tidak punya uang dan ia tidak yakin para hyungnya sekarang sedang ada di rumah atau tidak. Ia memang merasa lelah, tapi ia juga merasa lega karena akhirnya dapat membelikan hadiah yang spesial untuk Seulyoung. Entah mengapa ia merasa sangat aneh mau melakukan semua ini hanya untuk gadis yang baru enam bulan ini ia kenal.
Taemin melihat handphonenya dan melihat angka yang terdapat pada layar handphonenya, “Wah, sudah jam segini, aku harus cepat sampai apartement dan langsung ke rumah Seulyoung,” gumam Taemin yang kemudian berlari mengejar waktu.
*
Sudah empat jam Taemin berjalan dan hampir setengah perjalannya ia habiskan dengan berlari, badannya kini sudah penuh keringat yang mungkin akan tercium walau dari radius seratus meter. Taemin merasa lega sudah berada di depan gedung apartementnya, ia meregangkan kakinya sebelum masuk ke dalam gedung apartement, ia merasa sangat lelah.
Setelah meregangkan ototnya beberapa menit akhirnya Taemin masuk ke dalam gedung apartementnya dan langsung menuju ke lift yang sering ia gunakan untuk menuju ruangannya. Namun ia langsung merasa kecewa ketika ia telah sampai di depan lift yang bertuliskan “MAAF SEDANG ADA PERBAIKAN”. Entah setan apa yang sedari tadi mengikutinya sehingga kini ia terus saja mengalami berbagai kesialan seperti ini. Taemin dengan badan yang lesuh, akhirnya berjalan menuju tangga, sekarang ia harus menaiki tangga untuk mencapai apartementnya yang berada di lantai sebelas.
“Ah...” Taemin mengelah nafas ketika ia mengenok panjangnya tangga di gedung apartementnya itu.
Dengan penuh berjuangan dan sisa tenaga yang ia miliki, Taemin berusaha menaiki anak tangga satu persatu. Ia merasa sangat menderita hari ini, untung saja di tangannya masih sebuah bungkusan hadiah untuk Seulyoung yang setidaknya bisa sedikit mengurangi rasa lelah dan kesalnya.
Setelah menaiki tangga selama setengah jam menaiki tangga akhirnya Taemin sampai juga di depan apartementnya, ia merasa sangat lega. Ia menekan beberapa angka untuk memasukkan kode yang digunakan untuk memasuki apartementnya. Ia membuka pintu apartemntnya perlahan-lahan dan tiba-tiba...
“Saengil chukkae!!!!” sebuah teriakan menggema di telinga Taemin. Taemin terlihat sangat bingung, ia bingung mengapa para hyungnya berteriak mengucapkan selamat ulang tahun padanya apa hari ini adalah hari ulang tahunnya? Ia terus bertanya dalam hati, dan hal yang paling membuatnya terkejut adalah ia melihat seorang wanita datang mendekat ke arahnya sambil membawa sebuah kue ulang tahun dengan berhiaskan lilin dengan angka sembilan belas.
“Saengilchukkae,” ucap Seulyoung sambil mendekatkan kue ulang tahunnya ke Taemin.
“Mwo? Aku hari ini ulang tahun?” tanya Taemin bingung.
“Kau bagaimana sih, sekarangkan tanggal 18 Juli,” ucap Seulyoung sedikit bingung dengan reaksi Taemin.
“Aku pikir sekarang hari ulang tahunmu,” ucap Taemin polos.
“Hahahahaha, bagaimana mungkin kau mengira hari ulang tahunmu sebagai hari ulang tahunku, kau ini sangat aneh,” ucap Seulyoung tertawa.
“Yah Taemin-aah, cepat tiup lilinnya,” ucap para hyungnya yang berada di belakang Seulyoung.
“Oh nae,” ucap Taemin yang masih terlihat bingung dan kemudian meniup lilinnya.
*
“Jadi kau melihat agendaku dan menyangka hari itu adalah ulang tahunku?” tanya Seulyoung pada Taemin ketika mereka berada di sebuah bangku di taman dekat gedung apartement Taemin.
“Nae,” ucap Taemin polos.
“Hahahaha, itu tanda untuk hari ulang tahunmu, lagipula bagaimana kau bisa lupa dengan hari ulang tahunmu sendiri?” tanya Seulyoung heran.
“Entahlah, aku hanya lupa,” ucap Taemin polos.
“Hahahaha, kau benar-benar lucu,” ucap Seulyoung tertawa.
“Sudahlah, berhentilah tertawa aku hanya sedang lupa saja,” ucap Taemin sambil menahan malu,namun itu malah membuat Seulyoung semakin tertawa. “Oh ya, aku punya sesuatu untukmu,” ucap Taemin yang membuat tawa Seulyoung tiba-tiba terhenti.
“Ini, bukalah,” ucap Taemin menunjukkan sebuah kotak kecil pada Seulyoung.
“Apa ini?” ucap Seulyoung penasaran.
“Bukalah saja,” ucap Taemin tersenyum.
“Baiklah,” ucap Seulyoung sambil membuka kotak tersebut perlahan. “Wow,” ucap Seulyoung kaget ketika melihat sebuah kalung yang ia inginkan ada di kotak tersebut.
“Aku pernah melihatmu melirik kalung itu, jadi aku pikir kau pasti menginginkannya,” ucap Taemin tersesenyum.
“Ah, ini indah sekali. Tapi bagaimana kamu bisa membeli ini? Jangan-jangan kau kerja part time untuk ini?” tanya Seulyoung kaget yang langsung ditimpali dengan anggukan oleh Taemin.
Seulyoung terlihat berkaca-kaca, ia tidak mampu menahan harunya mendapat hadiah seindah ini,”Gomawoyo,” ucap Seulyoung sambil menitikkan air mata.
“Wah, mengapa kau jadi menangis, sudah jangan menangis lagi sini aku pakaikan kalung ini untuk kamu,” ucap Taemin yang langsung mengambil kalung tersebut dari kotaknya dan kemudian memasangkan di leher Seulyoung.
“Aku juga punya sesuatu untukmu,” ucap Seulyoung begitu Taemin selesai memasangkan kalung tersebut di leher Seulyoung.
“Apa?” tanya Taemin penasaran.
“Ini,” Seulyoung mengeluarkan sebuah kotak yang dibungkus kertas kado bewarna biru dari dalam tasnya.
“Apa ini?” ucap Taemin sambil menyelidik kotak tersebut.
“Bukalah,” perintah Seulyoung sambil tersenyum.
Taemin membuka kado tersebut perlahan-perlahan, “Wow, ini kan CD Michael Jakson yang sudah tidak di produksi lagi?” ucap Taemin senang.
“Iya, waktu aku ke restorant cepat saji dan bertemu kamu sebenarnya aku mau melamar pekerjaan sebagai pegawai part time,tapi karena kamu juga bekerja disana aku tidak jadi kesana dan aku akhirnya bekerja menjadi pelayan di sebuah toko CD. Majikanku sangat baik sekali, ketika aku bercerita tentang kamu yang sangat suka Micheal Jakson ia memberikanku sebuah CD Micheal Jaskon ini padaku,” cerita Seulyoung panjang lebar pada Taemin.
“Wow,” ucap Taemin senang.
“Maaf, aku hanya bisa memberimu ini, aku bermaksud memberimu lebih dari itu tapi..” ucapan Seulyoung langsung dipotong oleh Taemin dengan sebuah tanda jari telunjuk yang meminta untuk berhenti.
“Ini sudah merupakan hadiah yang spesial untukku, menurutku tidak penting seberapa mahal hadiah yang kau berikan untukku, karena hadiah yang sebenarnya adalah kau yang selalu mendukungku dan bersamaku, aku sangat senang menerima hadiah sahabat sepertimu,” ucap Taemin sambil tersenyum.
“Yah, sedari tadi kami disini menunggu kalian untuk berciuman tapi mengapa sangat lama sekali!!” tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Taemin dan Seulyoung.
“Key-hyung??” ucap Taemin kaget melihat hyungnya tiba-tiba muncul. “Yah,Minho-hyung, Onew-hyung,Jonghyun-hyung,” ucap Taemin semakin kaget melihat tiga hyung lainnya juga ada di balik semak-semak.
“Anyong,” ucap Jonghyun sambil tertawa kecil.
“Ki Bumie, apa yang kau lakukan? Kita jadi gagal mengintip kan?” ucap Minho kesal pada Key.
“Habisnya mereka lama sekali, aku jadi kesal,” ucap Key kesal.
“Jadi hyung dari tadi mengintip kami disini?” tanya Taemin yang masih kaget melihat tingkah hyung-hyungnya itu.
“Nae,” ucap Onew sambil mengangguk.
“Yah hyung, kalian ini dasar!!” ucap Taemin marah sambil mengejar para hyungnya yang telah berlari terbirit-birit.
Taemin POV
Bagiku hadiah bukanlah sesuatu yang kau berikan di hari-hari tertentu saja, bagiku hadiah yang sebenarnya adalah semua kasih sayang dan dukungan yang diberikan oleh orang-orang terdekatku. Bagiku hadiah yang paling spesial adalah mereka, gomawoyo sudah mendukungku dan memberikan kasih sayang yang tiada ada habisnya. GOMAWO..Taemin POV END
-THE END-
No comments:
Post a Comment
Your comment is just like oxygen!